Jumat, November 15


Jakarta

Bahan bakar yang bersih bisa menekan emisi gas buang. Bahkan sangat memungkinkan saat Bioetanol dan Biosolar dikawinkan dengan teknologi hybrid, hal tersebut bisa menekan emisi gas buang hingga nol.

Pada Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 kemarin, Toyota bersama dengan PT Pertamina (Persero) melakukan pengujian bioetanol 100%. Toyota Fortuner Flexy Fuel Vehicle (FFV) dan Innova Zenix Hybrid FFV dicoba meminum Bioetanol 100 persen. Kira-kira apa yang menjadi harapan Toyota dengan pengujian kali ini ya?

“Ya kita berharap ke depannya nanti akan ada etanol sebagai bahan bakar alternatif. Jadi kalau kita ada biosolar, ada bioetanol kemudian dikombinasikan dengan hybrid itu emisinya bisa nol, lho…,” ucap Vice President Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, pada ajang GIIAS 2024 kemarin.


Bob kembali mengatakan saat bioetanol menjadi bahan bakar alternatif, maka bisa ikut meningkatkan perekonomian para petani di Indonesia.

“Kemudian juga bisa meningkatkan kemakmuran petani, karena melibatkan banyak orang. Nah ini kan perlu kerja sama dengan perusahaan otomotif, penyedia energi, sehingga punya roadmap bersama. Selama ini kan kita tunggu-tungguan, dengan mengatakan mobilnya mana? Bahan bakarnya mana? Nggak jadi-jadi kalau begitu,” ujar Bob.

“Nah bersama Pertamina ini kita berharap, kita bisa membuat roadmap usaha bersama sehingga tidak tunggu-tungguan, antara mobil dan bahan bakar tergantikan bisa bisa in-line (jalan beriringan),” Bob menambahkan.

Sebagai pengingat Pertamina telah memproduksi 150 liter bioetanol untuk digunakan selama test drive di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024. Adapun mobil Toyota yang juga diuji coba menggunakan bioetanol di GIIAS 2024 adalah Toyota Kijang Innova Zenix Hybrid Flexy Fuel. Bahkan, mobil flexy-fuel Toyota itu bisa menenggak bioetanol 100 persen.

Kolaborasi Pertamina–Toyota, Uji Coba Bioethanol 100% di GIIAS 2024 Foto: Pertamina

Bioetanol ini diproduksi dari ampas biomasa, yaitu batang tanaman Sorgum. Proses produksi bahan bakar nabati tersebut menggunakan peralatan distilasi dan dehidrasi yang terdapat di fasilitas Laboratorium Technology Innovation milik Pertamina.

“Nira sorgum didapatkan melalui kerja sama dengan universitas setempat yang sudah melakukan uji penanaman di beberapa lahan. Setelah itu nira yang dihasilkan difermentasi menjadi bioetanol dan kemudian dimurnikan,” kata Senior Vice President Technology Innovation PT Pertamina (Persero), Oki Muraza dalam keterangan tertulisnya dikutip Kamis (25/7/2024)lalu.

“Dengan memproduksi Bioetanol dari Sorgum tidak hanya menjadi sumber energi baru terbarukan untuk Indonesia, tetapi juga inovasi ini memproduksi bahan bakar tanpa berkompetisi dengan bahan pangan, dapat membuka lapangan pekerjaan dan usaha kecil menengah baru di sektor perkebunan Sorgum, pengolahan Nira, dan pengolahan Bioetanol,” Oki menambahkan.

(lth/rgr)

Membagikan
Exit mobile version