Fujikawaguchiko –
Pada April, pemandangan Gunung Fuji di balik toko Lawson ditutup karena banyaknya pelanggaran yang dilakukan turis. Setelah dibuka lagi, eh turis berulah kembali.
Dilansir dari Sora News24 pada Jumat (29/11/2024), sudah tiga bulan sejak layar penutup di depan toko Lawson Kota Fujikawaguchiko, Prefektur Yamanashi dibuka. Selubung hitam itu dibuka dengan alasan keadaan sudah membaik.
Namun ternyata hal itu hanya sesaat saja, warga kembali mengeluhkan adanya pelanggaran dari turis yang berkerumun di sana.
Saking kesalnya warga menamai area itu lawless, yang merupakan plesetan dari Lawson.
Petugas keamanan yang ada di sana menjadi berang, mereka menanggung penghinaan dari pengunjung yang malah marah jika ditegur. Padahal, mereka dipekerjakan oleh pemerintah kota untuk mengawasi lokasi dan menghentikan pelanggaran lalu lintas yang kerap terjadi di sana. Apalagi banyak kendaraan besar yang sering lewat dengan alur dua arah.
Meskipun petugas keamanan siap membantu, namun wisatawan di sana tampaknya tidak peduli dan bersikap semaunya.
Petugas keamanan bercerita bahwa mereka pernah dibentak-bentak oleh turis asing dengan bahasa Jepang yang tidak lancar. Mereka memaki dengan kata-kata ‘idiot’, ‘mati’, dan ‘pergi’.
Kendala bahasa ini membuat petugas semakin stress, karena pada suatu kesempatan pernah terjadi hal yang sebaliknya. Petugas mencoba memberi peringatan dalam bahasa Inggris, namun pengunjung yang ditegur balik marah karena ia adalah orang Jepang.
Petugas keamanan itu kemudian mengatakan kepadanya bahwa jika ia orang Jepang, ia harus menyeberang jalan dengan benar. Sayangnya, turis itu pergi tanpa mempedulikan instruksi petugas.
Di Jepang, menaati peraturan adalah hal yang sangat umum. Mereka biasanya selalu menggunakan tempat penyeberangan dan tidak menyeberang jalan sembarangan atau melawan rambu pejalan kaki, mereka juga menggunakan bahasa yang sopan saat menyapa.
Meningkatnya ketegangan di lokasi antara penduduk setempat, wisatawan, dan petugas keamanan, ada kekhawatiran bahwa tindakan pengamanan yang lebih ketat mungkin perlu dilakukan untuk menjaga ketenangan dan mencegah terjadinya kecelakaan besar.
Pada hari-hari ketika Gunung Fuji tidak tertutup awan, keadaan menjadi lebih sibuk karena jumlah wisatawan meningkat drastis. Semua orang saling berebut untuk mendapatkan foto terbaik, berlarian ke sana kemari dengan menyeberangi jalan melawan, situasi menjadi sulit bagi petugas keamanan untuk melakukan tugas mereka dengan baik.
Sementara itu, Lawson belum mengambil tindakan besar apa pun untuk mengatasi situasi tersebut. Kalau begini, tirai penghalang kemungkinan akan dipasang kembali.
(bnl/fem)