Kamis, November 7


Banyuwangi

Desa Kemiren merupakan desa adat di Banyuwangi. Lekat dengan cerita sejarah dan budaya, di desa ini juga ada makanan ritual yang masih dibuat dan dinikmati sampai sekarang bernama pecel pithik.

Pangan lokal Banyuwangi begitu kaya, salah satunya terlihat di Desa Wisata Adat Osing Kemiren atau kerap disebut Desa Kemiren. Masyarakatnya sampai sekarang masih menyajikan pecel pithik sebagai makanan ritual.

Hal ini disampaikan masyarakat suku Using yang mendiami Desa Kemiren dalam rangkaian acara Jelajah Gizi 2024 (5/11/2024). Mereka mengatakan pecel pithik bakal jadi suguhan utama dalam acara ulang tahun desa adat ini yang ke-167.


detikfood melihat proses pembuatan pecel pithik. Bahan utamanya ayam kampung panggang. Ayam kampung ini didapat dari ayam yang biasa dipelihara di rumah.

Setelah ayam dipotong, dilumuri sedikit garam, dibelah dua di bagian dada lalu dibakar di atas bara api arang hingga matang. Selanjutnya ayam disuwir-suwir untuk dijadikan isian pecel pithik.

Ayam kampung bakar, bahan utama pecel pithik. Foto: detikfood

Namun jangan membayangkan pecelnya mirip pecel sayur seperti khas Madiun atau Blitar. Sebab tampilan pecel pithik lebih mirip urap ayam kampung.

Bahan utamanya selain suwiran ayam kampung adalah parutan kelapa muda. Untuk bumbu halusnya berupa kacang tanah, kemiri, terasi, gula pasir, gula aren, garam, cabai merah besar, cabai merah kecil, dan jeruk limau. Lalu ada air kelapa untuk mencampur bumbu dan kelapa parut.

Cita rasa gurih pedasnya bikin pecel pithik terasa nikmat. Jejak rasa kacang tanah dan kelapa paling mendominasi.

Mengenai sejarahnya, konon nama ‘pithik’ berasal dari filosofi ‘kang diucel-ucel saben dinane ingkang apik’. Artinya bahwa apa yang dilakukan warga akan mengarah pada sesuatu yang layak atau baik.

Seorang warga Desa Kemiren mengungkap pecel pithik masih jadi makanan ritual khas warga suku Osing sampai sekarang. Bahkan untuk perayaan seperti motor baru pun, masyarakat akan membuat pecel pithik sebagai wujud syukur.

Hidangan ini disajikan dengan nasi putih yang berbentuk tumpeng. Bentuk tumpeng memiliki filosofi untuk mengangkat derajat manusia. Lalu dilengkapi aneka sayuran.

Parutan kelapa dan bumbu halus dicampur air kelapa muda dalam proses pembuatan pecel pithik. Foto: detikfood

Tak hanya itu, pecel pithik kerap jadi suguhan mereka yang ingin mengunjungi petilasan Buyut Chili di desa adat ini. Buyut Chili sendiri merupakan tokoh yang sangat dihormati masyarakat di sana.

Masyarakat suku Osing percaya jika mereka hendak melangsungkan pernikahan, sebelumnya membawa pecel pithik ke petilasan. Namun saat memasaknya ada pantangan.

Hindari mencicipi bahan dan cita rasanya karena ada kepercayaan makanan itu akan basi jika sudah dicicipi sebelumnya. Jadi, saat membuat pecel pithik sebagai persembahan, tidak disarankan mencicipinya sama sekali.

(adr/odi)

Membagikan
Exit mobile version