Kamis, Januari 30


Jakarta

Penutupan Taman Nasional Gunung Rinjani berdampak signnifikan terhadap okupansi (tingkat hunian) hotel dan penginapan di daerah wisata Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Nanang, salah satu pelaku usaha bisnis penginapan dan camping ground di Sembalun mengungkapkan bisnisnya lesu sejak 1 Januari 2025 atau sejak Gunung Rinjani ditutup.

“Sudah agak sepi sekarang, kalau libur panjang seperti sekarang ini biasanya ramai, tapi berhubung Gunung Rinjani sedang tutup, tamu ikut berkurang,” ujar Nanang, Senin (27/01/2025).


Dia mengungkapkan sebelum Gunung Rinjani ditutup, ketika musim liburan tamu di penginapan berkisar di angka 100 orang. Namun, saat ini Nanang hanya mendapat 10 sampai 20 orang tamu.

Hal senada disampaikan oleh Geri, pemilik usaha homestay di Sembalun. Menurutnya, saat ini dari lima kamar yang tersedia tidak pernah sampai penuh. Maksimal hanya tiga kamar terisi. Bahkan, tak jarang hanya satu kamar. Padahal, sebelum Gunung Rinjani ditutup semua kamarnya terisi penuh. Bahkan, ia harus menyiapkan tenda untuk tamu yang tidak mendapatkan kamar.

“Saya selalu menyiapkan tenda untuk tamu yang tidak mendapatkan kamar karena semuanya terisi, tapi sekarang terkadang hanya satu dua kamar yang terisi,” kata Geri.

Diberitakan sebelumnya, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) menutup sementara seluruh jalur pendakian ke Gunung Rinjani mulai Januari hingga awal April 2025. Keputusan ini diambil untuk mengantisipasi potensi dampak cuaca ekstrem yang diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

“Pada masa peralihan menuju musim hujan perlu mewaspadai adanya potensi bencana hidrometeorologi seperti hujan lebat, angin kencang yang dapat terjadi secara tiba-tiba di Rinjani,” kata Kepala Balai TNGR Yarman dalam keterangannya, Jumat (20/12/2024).

Selain itu Yarman melanjutkan bencana banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung diperkirakan dapat terjadi di jalur pendakian Gunung Rinjani selama peralihan musim hujan tahun 2025 mendatang. “Kami minta masyarakat mematuhi itu,” katanya.

Adapun enam jalur pendakian yang ditutup tersebut meliputi jalur resmi, yakni jalur pendakian Senaru (Lombok Utara), jalur Torean (Lombok Utara), jalur Sembalun (Lombok Timur), jalur Timbanuh (Lombok Timur), jalur Tetebatu (Lombok Timur), dan jalur Aik Berik (Lombok Tengah).

“Aktivitas pendakian berakhir pada tanggal 3 Januari 2025 dan dibuka kembali tanggal 2 April 2025,” tandas Yarman.

Artikel ini telah tayang di detikbali

(sym/sym)

Membagikan
Exit mobile version