Sabtu, Januari 11
Jakarta

Belum lama ini, Donald Trump Jr. mendarat di Greenland, pulau Arktik yang sangat ingin dibeli ayahnya, Donald Trump, meski ada pernyataan tegas dari Greenland bahwa pulau itu tidak dijual. Perjalanan itu memicu spekulasi tentang apa sebenarnya rencana ayahnya untuk wilayah Arktik ini.

Desember silam, Trump mengutarakan lagi seruan AS memiliki Greenland sebagai kebutuhan mutlak. Kala ditanya apa akan mengesampingkan penggunaan militer atau ekonomi untuk memperoleh Greenland, ia menjawab, “Tidak, saya tak dapat meyakinkan Anda soal keduanya, tapi saya dapat mengatakan ini, kita membutuhkannya untuk keamanan ekonomi,” jawabnya.

Menurutnya, kepemilikan Greenland sangat penting bagi keamanan AS. Ahli mengatakan ia mungkin juga mengincar aspek lain Greenland seperti kekayaan sumber daya alam termasuk logam tanah jarang, yang mungkin lebih mudah diakses karena perubahan iklim mencairkan es di sana.


Posisi geopolitik yang unik

Greenland pulau terbesar dunia dan rumah bagi lebih dari 56.000 orang. Sebagai bekas koloni Denmark dan sekarang wilayah otonomi Denmark, pulau ini menempati posisi geopolitik unik, terletak antara AS dan Eropa. Ibu kotanya, Nuuk, lebih dekat ke New York daripada ke ibu kota Denmark, Kopenhagen.

Ulrik Pram Gad, peneliti di Institut Studi Internasional Denmark menyebut Greenland telah lama dianggap sebagai kunci keamanan AS, terutama untuk menangkal potensi serangan dari Rusia.

Trump bukan Presiden AS pertama yang mengutarakan ide membeli Greenland. Di 1867, saat Presiden Andrew Johnson membeli Alaska, dia juga mempertimbangkan membelinya. Akhir Perang Dunia II, Presiden Truman menawarkan Denmark USD 100 juta untuk membeli Greenland.

Tak satu pun tawaran membuahkan hasil, tapi berdasarkan perjanjian pertahanan 1951, AS memperoleh pangkalan udara yang sekarang disebut Pangkalan Luar Angkasa Pituffik, di Greenland barat laut. Di antara Moskow dan New York, pangkalan ini merupakan pos terdepan paling utara angkatan bersenjata AS dan dilengkapi sistem peringatan rudal.

“AS ingin memastikan tidak ada kekuatan besar yang bermusuhan yang menguasai Greenland, karena itu dapat menjadi pijakan untuk menyerang AS,” kata Pram Gad.

Kaya akan mineral langka

Namun, yang mungkin lebih menarik bagi Trump adalah endapan sumber daya alam Greenland yang melimpah. Menurut Klaus Dodds, profesor geopolitik di Universitas London, itu termasuk minyak dan gas, serta logam tanah jarang yang sangat diminati untuk mobil listrik dan turbin angin dalam transisi hijau, serta untuk peralatan militer.

Saat ini China mendominasi produksi tanah jarang global dan mengancam akan membatasi ekspor mineral penting dan teknologi terkait. “Tidak diragukan bahwa Trump dan para penasihatnya sangat khawatir tentang cengkeraman yang tampaknya dimiliki China,” kata Dodds.

Es yang mencair dan suhu Arktik yang meningkat cepat menjadikan Greenland terimbas krisis iklim, tapi juga peluang ekonomi. Hilangnya es membuka rute pelayaran, meningkatkan jumlah waktu yang dapat dilalui selama musim panas di Belahan Bumi Utara.

Namun pada kenyataannya, kondisi di sepanjang rute ini masih sering rentan dan mencairnya es justru dapat membuat perairan semakin berbahaya untuk dilayari. Di samping itu, mencairnya es juga mungkin membuat sumber daya alam Greenland makin mudah diakses atau ditambang walau sejauh ini belum ada buktinya.

Mungkinkah AS mencaplok Greenland?


Foto: CNN

Pemerintah Denmark dan Greenland menentang keras gagasan negara Arktik itu dapat dibeli. “Kami tidak untuk dijual dan takkan pernah dijual. Kami tak boleh kehilangan perjuangan kami selama bertahun-tahun untuk kebebasan,” kata Perdana Menteri Greenland Mute Egede.

Kuupik V. Kleist, mantan PM Greenland, mengatakan Trump lebih banyak bicara ke warga AS daripada ke penduduk Greenland. “Saya tidak melihat apa pun di masa depan yang akan membuka jalan bagi penjualan. Anda tidak bisa begitu saja membeli sebuah negara atau sebuah bangsa,” sergahnya.

Namun, komentar Trump muncul pada saat yang menarik bagi Greenland. Pemerintah yang dipimpin suku Inuit baru-baru ini meningkatkan tuntutan untuk merdeka dari Denmark. Dalam pidato tahun barunya, Egede menyerukan agar belenggu era kolonial disingkirkan.

“Denmark panik,” kata Dodds. Bulan Desember, Denmark mengumumkan peningkatan besar dalam pengeluaran militer untuk Greenland. Menlu Denmark mengatakan Greenland dapat merdeka jika penduduknya menginginkannya, tapi takkan menjadi negara bagian AS.

Ia juga mengatakan bahwa Denmark terbuka untuk berdialog dengan Amerika tentang bagaimana mereka dapat bekerja sama lebih erat untuk memastikan bahwa ambisi Amerika terpenuhi.

Greenland berupaya meningkatkan kemandiriannya dengan mendiversifikasi ekonominya. Negara itu membuka bandara baru di Nuuk sebagai bagian dari rencana meningkatkan pariwisata. Namun, negara itu masih bergantung pada hibah tahunan sekitar USD 500 juta dari Denmark.

Nah bagaimana jika AS mau membayar lebih besar? Beberapa politisi Greenland melontarkan gagasan tentang asosiasi khusus, di mana Greenland memiliki kedaulatan tapi juga dukungan finansial dari AS, sebagai imbalan atas perjanjian tentang kepentingan strategis AS. Untuk saat ini, masih belum jelas sejauh mana Trump akan mengejar keinginannya memperoleh Greenland.

Halaman 2 dari 2

Simak Video “Video: Trump Mau Caplok Greenland, Blinken Mengkritik
[Gambas:Video 20detik]
(fyk/fay)


Membagikan
Exit mobile version