Sabtu, September 28


Jakarta

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno sempat menyatakan bahwa Generasi Z akan kesulitan membeli rumah jika tidak mendapat bantuan pembiayaan. Hal ini disampaikan Sandi saat merespons rencana implementasi iuran Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).

Lalu, apa benar Gen Z nggak bisa punya rumah tanpa bantuan seperti Tapera?

CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda menilai, bantuan pembiayaan perumahan memang dibutuhkan karena harga rumah pasti akan jauh meningkat di atas kenaikan penghasilan. Hal ini berlaku tidak hanya untuk Gen Z, tetapi untuk semua generasi.


“Kalau dengan suku bunga biasa cukup berat. Kalau Tapera bisa memenuhi sumber dana murah dengan bunga yang relatif murah seharusnya bisa lebih terjangkau dari cicilan perbulannya,” kata Ali kepada detikcom, dikutip Minggu (16/6/2024).

Namun ia sendiri mengingatkan agar jangan sampai ada mispersepsi, di mana Tapera sendiri program yang difokuskan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Sedangkan Gen Z tidak semuanya masuk ke kategori MBR.

“Gen Z tidak semuanya bisa dikategorikan dengan MBR, dan kebanyakan gen Z tidak mau membeli rumah yang dipatok oleh pemerintah. Jadi tidak selalu dihubungkan dengan Gen Z,” ujarnya.

Direktur Global Asset Management Steve Sudijanto juga menyampaikan pandangan serupa. Menurutnya, Gen Z perlu bantuan pemerintah untuk kepemilikan rumah pertama. Namun memang hal ini tidak terpatok dengan Tapera.

“Program kepemilikan rumah itu adalah target oriented yang wajib disediakan bagi Gen Z yang golong prioritas dan produktif. Mereka berminat memiliki rumah sebagai kategori pemilik rumah pertama. Banyak cara untuk mendukung kebutuhan mereka,” kata Steve, dihubungi terpisah.

Menurutnya Gen Z bisa memiliki rumah di bawah harga Rp 750 juta. Mengacu pada simulasi Kredit Pemilikan Rumah (KPR), jumlah tersebut bisa diangsur sebesar Rp 5,25 jutaan per bulan dengan tenor 15 tahun. Menurut Steve, pemerintah wajib fokus kepada First Time Home Buyer yang qualified, punya NPWP dan BPJS, serta ingin membeli rumah untuk ditempati.

“Pemerintah harus berani memberikan Harga Fixed untuk nilai properti yang dialokasikan untuk rumah atau unit apartment Tapera (apabila diterapkan). Syarat harga harus fixed dan apabila ada selisih inflasi harus ditanggung Pemerintah,” ujarnya.

Sementara itu, Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho menilai, kunci utama agar Gen Z bisa memiliki rumah ialah menabung dan bekerja keras untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar.

“Apabila memang income kita terbatas, kemudian kemampuan saya nabung berapa per bulannya? Ya sudah, disiplinkan dirinya, komitmen, ‘oh saya per bulan harus nabung Rp 1 juta, Rp 1 juta, oh untuk menunggu duit Rp 60 juta berarti lama dong nabungnya 60 bulan’, itu sampai 5 tahun, ya memang seperti itu caranya,” terang Andy.

Skema lain yang bisa diandalkan masyarakat ialah melalui pinjaman ke orang lain atau pihak lain, seperti KPR ke perbankan. Andy mengatakan, dirinya setuju apabila bicara mengenai konsep Tapera sendiri, mengingat masyarakat akan diminta menabung secara rutin dan disiplin. Di sisi lain ada beberapa hal yang juga kurang disetujuinya.

“Kadang untuk nabung itu memang kita kudu dipaksa, kudu dipaksa agar lebih disiplin nabungnya. Nah, konsep Taperan ini kan memaksa orang untuk nabung, jadi tiap bulan kamu suka tidak suka, sadar tidak sadar, rekeningmu akan dipotong sekian rupiah untuk sebagai tabungan beli rumah ini tadi. Kalau konsepnya saya setuju, tapi apakah tanpa Tapera tidak bisa memiliki rumah, ya kita lihat lagi regulasinya seperti apa,” ujarnya.

“Yang saya kurang setuju adalah apabila dana tersebut baru bisa dicairkan apabila ternyata si pemilik rekeningnya mencapai usia pensiun. Nah, kalau pengen rumahnya sekarang, duitnya sudah dirasa cukup untuk DP, kenapa harus menunggu pensiun, istilahnya seperti itu,” sambungnya.

Sebagai tambahan informasi, sebelumnya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyebut, Gen Z akan kesulitan punya rumah jika tidak dibantu pembiayaannya, Hal ini disampaikannya lewat video dalam akun Instagram @sandiuno beberapa Waktu lalu.

“Kebutuhan terhadap perumahan rakyat itu merupakan keniscayaan. Karena kalau tidak dilakukan sekarang, ditunda-tunda terus, gen Z nggak akan pernah bisa punya rumah. Saya bisa jamin,” kata Sandi.

“Gen Z tidak akan bisa punya rumah kalau tidak dibantu dari sekarang untuk pendanaan. Jadi memang ini sebuah pil pahit harus kita ambil. Tapi sesuatu yang tidak populer, tapi kita harus semuanya bersama-sama,” sambungnya.

Menurutnya, iuran Tapera tidak boleh hanya dibebankan kepada pekerja, mengingat biaya hidup yang semakin tinggi. Pun juga tidak bisa hanya ditanggung pemerintah atau kepada satu pihak, tetapi harus kerja sama dalam bentuk kolaborasi.

(shc/das)

Membagikan
Exit mobile version