
Gresik –
Gapura Naga Giri, ikon selamat datang di Kota Gresik rontok dan membahayakan warga yang melintas. Padahal biaya pembangunan gapura itu menelan dana Rp 7 M.
Gapura Naga Giri, ikonnya kota Gresik itu kini dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Lapisan dindingnya mulai rontok, memperlihatkan rongga kosong serta rangka besi di baliknya.
Warga awalnya mengira gapura tersebut dibangun dengan konstruksi batu bata cor yang padat seperti candi. Namun, setelah akun Instagram @andreli_08 membagikan foto kondisi gapura yang rusak, netizen pun ramai berkomentar.
“Lha kok kopong,” tulis akun Kusnogoro, menyoroti kondisi bangunan yang ternyata kosong di dalamnya.
Kekhawatiran warga juga meningkat karena gapura yang berdiri di jalur utama ini bisa membahayakan pengendara.
“Iya min, seminggu yang lalu lewat situ, mrotoli semua dinding abal-abalnya itu, bahaya juga kalau jatuh kena pengendara,” tulis akun zulkhamefendi9001.
Beberapa warga lainnya mempertanyakan kualitas konstruksi bangunan gapura, terutama karena Gresik dikenal memiliki industri semen berskala nasional.
“Cik nuemen, gawe opo ono pabrik semen nak Gresik,” sindir akun dani_alfiyant.
Desakan audit pun muncul seiring dengan tanda tanya besar atas penggunaan anggaran miliaran rupiah untuk gapura yang mudah rusak ini.
“Gak kaget min, patung gajah mungkur yang imut dan menggemaskan saja menelan anggaran 1 miliar. Perlu diaudit itu,” tulis akun takeshi_javanensis.
Pemkab Gresik Buka Suara
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gresik Sri Subaidah mengatakan kerusakan pada gapura yang berada di jalur utama masuk ke wilayah Gresik ini pertama kali diketahui oleh DLH Gresik pada Jumat malam (14/3/2025).
Saat itu, petugas DLH sedang memasang lampu sorot berwarna-warni dengan kapasitas 250 Watt.
“Saat pemasangan lampu sorot itu, pegawai DLH mengetahui ada kerusakan,” kara Subaidah, Senin (17/3/2025).
Subaidah menambahkan, setelah mendapat laporan tersebut, pihaknya telah melakukan pengecekan langsung ke lokasi. Pada Sabtu pagi, ia mengirim tim teknis untuk melakukan perbaikan.
“Kami sudah menerima laporan dan langsung turun untuk mengidentifikasi kerusakan yang terjadi. Setelah pengecekan, kami langsung bergerak untuk melakukan perbaikan sejak Sabtu pagi,” tambahnya.
Sri menjelaskan bahwa penyebab utama kerusakan diduga karena faktor usia material batu alam. Selain itu, banyaknya kendaraan besar yang sering lewat sehingga menimbulkan getaran juga menjadi faktor penunjang lainnya.
“Rontok batu alamnya karena memang usia serta getaran yang ditimbulkan dari kendaraan yang melintas,” ungkapnya.
Proses perbaikan sendiri ditargetkan selesai dalam 2 minggu ke depan. DLH Gresik akan melakukan perbaikan dengan metode yang lebih efektif agar tidak mudah mengalami kerusakan kembali.
Diketahui, penambahan dimensi besi dan batu alam tempel di tahun 2012. Penambahan ketebalan tembok sekitar 1 meter serta penambahan tinggi gapura sekitar 3 meter ini menjadikan ikon Gresik tersebut terlihat kian kokoh dan megah.
“Tim perbaikan akan melakukan pemasangan batu alam dengan material perekat yang lebih tahan lama. Selain itu, DLH juga akan melakukan pengawasan berkala untuk memastikan kondisi gapura tetap dalam keadaan baik,” pungkas dia.
———
Artikel ini telah naik di detikJatim, bisa dibaca selengkapnya di sini dan di sini.
(wsw/wsw)