Jumat, November 1

Jakarta

Tidak dapat disangkal bahwa kita sedang mengubah iklim Bumi. Kenyataannya, hal ini didukung oleh berbagai penelitian. Nah, penelitian terbaru menunjukkan bahwa laju pelepasan karbon dioksida ke atmosfer kini tidak tertandingi secara alami selama 50.000 tahun terakhir.

Para peneliti menganalisis gas yang terperangkap di es Antartika selama periode tersebut. Mereka menemukan bahwa dalam peningkatan alami terbesar terakhir, karbon dioksida meningkat sebesar 14 bagian per juta selama 55 tahun. Ini terjadi 7.000 tahun yang lalu. Peningkatan yang sama sekarang membutuhkan waktu antara 5 hingga 6 tahun.

Kathleen Wendt, asisten profesor di College of Earth, Ocean, and Atmospheric Sciences, Oregon State University, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mempelajari masa lalu mengajarkan kita betapa berbedanya kondisi saat ini. Laju perubahan CO2 saat ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya.


“Penelitian kami mengidentifikasi tingkat kenaikan CO2 alami tercepat yang pernah diamati, dan tingkat yang terjadi saat ini, yang sebagian besar disebabkan oleh emisi manusia, adalah 10 kali lebih tinggi,” ujarnya seperti dikutip dari IFL Science.

Analisis sebelumnya menunjukkan bahwa ada lonjakan karbon dioksida yang aneh selama zaman es terakhir, yang berakhir sekitar 10.000 tahun yang lalu, namun tidak ada cukup rincian untuk mengetahui apa yang terjadi pada masa itu. Periode-periode ini disebut Peristiwa Heinrich, dan penelitian baru ini telah memberikan wawasan penting mengenai penyebabnya.

“Peristiwa Heinrich ini benar-benar luar biasa,” tambah rekan penulis Christo Buizert, seorang profesor di departemen yang sama.

“Kami menduga hal ini disebabkan oleh runtuhnya lapisan es di Amerika Utara secara dramatis. Hal ini memicu reaksi berantai yang melibatkan perubahan pada musim hujan tropis, angin barat di belahan Bumi selatan, dan semburan besar CO2 yang keluar dari lautan,” sambungnya.

‘Pemain’ yang berpotensi penting selama Peristiwa Heinrich adalah angin barat. Mereka memang mempengaruhi sirkulasi di laut dalam, dan selama peningkatan karbon dioksida, mereka tampak menjadi lebih kuat. Penguatan tersebut menyebabkan pelepasan CO2 yang cepat dari Samudra Selatan. Ini bisa menjadi kabar buruk bagi masa depan.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa krisis iklim membuat angin barat kembali kencang. Jika penelitian ini benar, maka di masa depan, kemampuan Samudra Selatan dalam memerangkap karbon dioksida yang kita keluarkan akan sangat berkurang.

“Kita bergantung pada Samudra Selatan untuk mengambil sebagian karbon dioksida yang kita keluarkan, namun peningkatan pesat angin selatan melemahkan kemampuannya untuk melakukan hal tersebut,” kata Wendt.

Simak Video “Studi Sebut Musim Panas 2023 Paling ‘Menyala’ Dalam 2.000 Tahun Terakhir
[Gambas:Video 20detik]

(rns/rns)

Membagikan
Exit mobile version