Sabtu, September 28


Jakarta

Produsen kendaraan terkemuka di AS seperti Ford Motor dan General Motors harus meninggalkan pasar China untuk memprioritaskan investasi dan menjaga modal mereka dalam transisi kendaraan listrik (EV) yang mahal, hal ini disampaikan John Murphy, seorang analis dari Bank of America Securities.

Dilansir laman Reuters, penjualan Ford dan GM di China telah mengalami penurunan signifikan dalam dekade terakhir, di mana sebelumnya menjadi pasar terbesar bagi General Motors.

Kini, kedua produsen mobil tersebut menghadapi tantangan untuk mencapai keuntungan yang signifikan di pasar tersebut, sementara persaingan ketat dari perusahaan lokal seperti BYD dan Geely semakin memperumit situasi mereka.


Menyikapi penjualan kendaraan listrik yang tidak sesuai dengan proyeksi, Ford, GM, dan Stellantis, produsen Jeep, mengumumkan rencana baru untuk melakukan penghematan biaya di seluruh divisi bisnis mereka.

John Murphy, menyarankan untuk segera mengambil langkah keluar dari China bagi Detroit Three, seperti yang ia ungkapkan dalam presentasi tahunannya mengenai “Car Wars,” sebuah laporan industri yang dipantau secara ketat.

Murphy mengingatkan bahwa ketiga perusahaan besar ini kemungkinan akan harus mengambil langkah-langkah lebih tegas untuk mengurangi pengeluaran, khususnya di bagian produksi mesin berbahan bakar yang saat ini menjadi sumber utama keuntungan mereka.

Di kehidupan moderen, peran robot semakin diperlukan untuk membantu aktivitas manusia. Seperti yang terjadi di pabrik mobil Ford di Kln, Jerman. Foto: Ford

Murphy juga pernah berbicara dalam sebuah acara yang diadakan oleh Automotive Press Association di pinggiran kota Detroit, ia menekankan perlunya mengelola bisnis inti dengan tindakan yang sangat agresif.

Dia menggambarkan pendekatan ini sebagai solusi yang memerlukan usaha keras untuk menghadapi tantangan yang ada di pasar otomotif global saat ini.

Selama beberapa tahun terakhir, China, yang merupakan pasar otomotif terbesar di dunia, telah terbukti sebagai lingkungan yang tidak ramah bagi banyak produsen mobil asing.

Menurut Murphy dan beberapa analis lainnya, menghadapi dominasi perusahaan-perusahaan otomotif China di negara asal mereka merupakan tantangan besar.

Mereka mengamati bahwa loyalitas konsumen terhadap merek-merek lokal sangat kuat, dan adanya kebijakan tarif AS yang memberlakukan kenaikan lebih dari 100% pada kendaraan listrik China, mulai berlaku pada 1 Agustus, dapat memperkuat posisi ini lebih lanjut.

Murphy menyarankan bahwa untuk mengatasi kondisi ini, perusahaan-perusahaan otomotif global harus mengambil langkah-langkah strategis yang lebih agresif dan proaktif dalam mengelola operasi bisnis inti mereka.

(lth/lth)

Membagikan
Exit mobile version