Senin, September 30

Jakarta

Di Provinsi Guizhou, China, terdapat fenomena geologi yang menarik perhatian penduduk lokal dan wisatawan yang dikenal dengan sebutan ‘gunung bertelur’. Fenomena ini terjadi di sebuah tebing bernama Chan Da Ya, tempat yang digambarkan sebagai ‘telur batu’.

Menurut penduduk setempat, ‘tebing bertelur’ yang terletak di tenggara China ini secara berkala menghasilkan batu-batu bulat besar yang beratnya mencapai 300 kg. Konon, telur batu itu akan jatuh dari tebing setiap tiga dekade atau lebih..

Kok Bisa, Tebing ‘Bertelur’?

Para ilmuwan belum memberikan penjelasan resmi mengenai fenomena tersebut. Sejauh ini, yang baru diketahui secara ilmiah adalah bahwa tebing tersebut mengandung batuan berkapur yang terbentuk sekitar 500 juta tahun lalu pada periode Kambrium.


Dr. Wang Shangyan dari Bureau of Geology and Mineral Exploration and Development of Guizhou mengklaim bahwa ‘telur batu’ sebenarnya adalah gumpalan yang terbentuk oleh molekul kalsium karbonat di laut dalam sekitar 500 juta tahun yang lalu selama Periode Kambrium.

“Telur-telur ini adalah konkresi yang terbentuk dari jenis batuan yang lebih keras yang sebagian besar terdiri dari silikon dioksida atau kalsium karbonat, yang tertanam dalam matriks batuan yang lebih lunak. Seiring berjalannya waktu, saat tebing terkikis karena kondisi cuaca seperti hujan atau tanah longsor, formasi batu yang lebih keras ini menjadi lebih terbuka dan akhirnya jatuh atau lebih terlihat, sehingga tampak seperti diletakkan oleh gunung,” paparnya.

Dalam sebuah buku berjudul ‘Scary Phenomena’, Dr Wang mengatakan bahwa laut dalam berubah menjadi gunung-gunung tinggi seiring waktu, dan gumpalan-gumpalan ini tertanam di pegunungan. Dan karena batu lumpur yang membentuk pegunungan mengalami pelapukan lebih cepat daripada gumpalan-gumpalan, tampaknya hal ini menyebabkan tebing tersebut melahirkan ‘telur-telur’.

Pendapat Dr Wang sebagian besar disetujui oleh Profesor Xu Ronghua dari Institute of Geology and Geophysics, Chinese Academy of Science. Namun, Prof. Xu mengatakan gumpalan tersebut terbuat dari silikon dioksida.

“Bentuk bulat atau bola memiliki luas permukaan terkecil dibandingkan dengan bentuk lain dengan volume yang sama. Dengan demikian, molekul-molekul akan membutuhkan usaha paling sedikit untuk membentuk bola daripada bentuk-bentuk lainnya,” kata Prof. Xu.

Prof. Xu mengatakan air yang mengalir juga bisa menjadi faktor mengapa gumpalan-gumpalan itu berbentuk bulat. Ia menambahkan bahwa fenomena serupa telah diamati di Beidaihe, China utara, dan Xinjiang, China barat laut.

Uniknya, masyarakat setempat menganggap telur batu ini sebagai jimat keberuntungan. Mereka mengumpulkan dan terkadang memuja batu-batu ini, karena percaya bahwa batu-batu ini membawa keberuntungan dan kemakmuran. Sifat unik tebing ‘bertelur’ ini juga telah mengubahnya menjadi objek wisata kecil, meskipun lokasinya yang terpencil mungkin membatasi skala pariwisata.

(rns/rns)

Membagikan
Exit mobile version