Kamis, Juli 4

Jakarta

Seorang dokter yang berkecimpung di dunia kecanduan menyebut sejumlah faktor yang sebabkan judi online sulit diberantas di Indonesia. Salah satunya karena judi tidak dianggap sebagai masalah kesehatan.

“Masalah judi ini tidak dianggap masalah kesehatan, hanya masalah moral dan sosial, sehingga masyarakat juga jarang yang mengakses layanan terapi. Jadi, memang tidak sekedar satu faktor saja, tetapi faktor biopsikososial turut berperan termasuk di dalamnya soal kebijakan,” kata dr Hari Nugroho dari Green Crescent Indonesia kepada detikINET, Senin (1/7/2024).

Soal regulasi, dr Hari menyorot Indonesia masih kurang jelas dan hanya menyasar pada sindikat, seperti penutupan akses. Akan tetapi, masyarakat yang berjudi masih dengan mudah menggunakan VPN untuk mengakses situs judi.


Padahal di negara lain misalnya Eropa, beberapa negaranya sudah menerapkan regulasi agar dampak buruk bisa diminimalkan. Misalnya, verifikasi identitas ketika sign up ke situs judi, deposit hanya bisa dilakukan dengan credit card atau debit card sehingga semuanya tercatat. Kemudian, ada juga aturan yang melarang deposit sekitar pukul 21.00 hingga dini hari. Ini dikarenakan di jam-jam tersebut orang mulai kehilangan fokus dan perhatian.

“Faktor berikutnya adalah customer service aplikasi atau situs judi online yg dihubungi juga orang Indonesia, dan berbahasa Indonesia yang kebanyakan korban human trafficking, ini memudahkan para penjudi di negara kita, meski server apps atau web judinya di luar negeri,” lanjut laki-laki yang berkuliah di King’s College London tersebut.

Tapi yang perlu dicatat, faktor kesehatan mental jangan diabaikan. Kecenderungan orang dengan masalah atau gangguan kejiwaan juga bisa berperan, apalagi pada mereka dengan impulsif dan kompulsif yang tinggi. Karena itu, bagi mereka yang merasa mengalami kecanduan pada judi, jangan segan untuk mencari pertolongan ke tenaga medis profesional seperti psikiater.

(ask/fay)

Membagikan
Exit mobile version