
Jakarta –
Beras impor yang disimpan di gudang Perum Bulog dilaporkan berkutu. Hal ini disampaikan oleh Ketua Komisi IV DPR Siti Hediati Soeharto atau Titiek Soeharto saat melakukan kunjungan ke Yogyakarta.
Kunjungan ini dilakukan saat masa reses DPR beberapa waktu lalu. Titiek menyebut, beras itu merupakan stok impor yang dilakukan tahun lalu.
“Pada reses lalu, pada kunjungan kerja yang lalu, saya memimpin tim ke Jogja, dan kami meninjau Gudang Bulog. Di situ kami menemukan masih banyak beras sisa impor yang lalu di dalam gudang Bulog yang sudah banyak kutunya,” kata Titiek Soeharto dalam rapat kerja dengan Kementerian Pertanian, Selasa (11/3/2025).
Lantas bagaimana fakta-fakta beras impor yang ditemukan berkutu tersebut?
1. Potensi Terkena Hama Jika Disimpan Lama
Direktur Supply Chain Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto mengakui beras sebagai komoditas pangan berpotensi terkena serangan hama selama penyimpanan, termasuk kutu. Apalagi beras tersebut sebagai cadangan pangan pemerintah yang memang disimpan dalam waktu relatif lama. Pihaknya pun terus melakukan pengawasan kualitas dan serangan hama secara rutin.
“Beras sebagai komoditas pangan berpotensi terkena serangan hama selama penyimpanan. Apalagi beras ini sebagai cadangan pangan pemerintah yg disimpan dalam waktu yg relatif lama,” kata Suyamto kepada detikcom, Minggu (16/3/2025).
2. Masih Laik Konsumsi
Suyamto menyebut beras yang terlanjur terkena kutu masih sangat laik dikonsumsi. Tentunya, beras tersebut harus melalui proses perawatan terlebih dahulu yang dapat membuat hama mati.
“Pasti masih sangat layak konsumsi. Nanti setelah dilakukan tindakan perawatan hama akan mati,” jelas Suyamto.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan beras yang sudah berkutu harus dilakukan perawatan atau fumigasi agar terbebas dari kutu. Untuk bisa dikonsumsi atau sebaiknya untuk pakan ternak, Arief menyebut harus dilakukan pengecekan kualitas berasnya terlebih dahulu.
“Harus dicek dulu kualitas berasnya. Bulog memiliki mekanismenya,” kata Arief kepada detikcom, Minggu (16/3/2025).
3. Perawatan dengan Fumigasi
Untuk mengatasi hal tersebut, Suyamto menyebut Bulog telah menerapkan konsep Pengelolaan Hama Gudang Terpadu (PHGT). Suyamto menjelaskan gudang melakukan pengawasan kualitas dan serangan hama secara rutin.
“Tindakan perawatan kualitas juga kita lakukan apabila terjadi serangan hama dengan spraying (penyemprotan) dan fumigasi untuk memastikan beras yang dikeluarkan dari gudang bebas dari hama (kutu),” terang Suyamto.
4. Bapanas Minta Cek Semua Beras di Gudang Bulog
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi meminta untuk memeriksa seluruh gudang Bulog agar mengetahui kualitas beras di Gudang Bulog. Arief meminta agar pemeriksaan tersebut sebaiknya dilakukan secara berkala.
“Masing-masing Pinwil (Pimpinan Wilayah), Pinca (Pimpinan Cabang), Kepala Gudang harus cek secara berkala kualitas beras di gudang Bulog,” kata Arief kepada detikcom, Minggu (16/3/2025).
Arief memastikan stok beras di gudang Bulog masih dalam kondisi baik. Saat ini stok beras Bulog sebesar 1,9 juta ton. Jumlah ini akan terus bertambah seiring penyerapan beras oleh Bulog pada musim panen raya.
Terkait beras impor berkutu, Arief menyebut saat ini sedang dilakukan perawatan atau fumigasi. Menurut Arief, seharusnya Bulog melakukan fumigasi untuk mengatur serta menjaga kualitas beras di gudang Bulog secara berkala.
“Ada satu dua yang ditemukan seperti, sekarang sedang dilakukan treatment. Seharusnya dilakukan fumigasi untuk manage kualitas stok beras,” jelas Arief.
(kil/kil)