Singapura –
Pernahkah kalian bertanya-tanya, mengapa masyarakat Singapura lebih senang bepergian menggunakan bus ketimbang mobil pribadi? Bahkan, halte-halte setempat selalu disesaki penumpang dari berbagai kalangan, baik muda maupun tua.
Setelah mengunjungi Singapura dan merasakan langsung fasilitas tersebut, kami menjadi paham mengapa masyarakat setempat lebih suka memilih bus ketimbang kendaraan pribadi.
Pertama, bus di Singapura benar-benar dibuat terintegrasi dengan sebaran yang sangat luas. Bahkan, kita bisa menemukan sejumlah halte yang lokasinya berdekatan. Halte-halte tersebut ditempatkan di lokasi yang memang banyak didatangi penumpang.
Bus di Singapura. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com
|
Selain itu, berbeda dengan di Jakarta yang masih harus macet-macetan, bus di Singapura benar-benar cepat. Sebab, lalu lintas di sana sangat kosong dan bus melaju di jalur kiri. Kondisi tersebut membuat kendaraan selalu tiba di lokasi tepat waktu.
Selama di Singapura, kami selalu memantau kehadiran bus melalui aplikasi. Hebatnya, bus-bus tersebut selalu tiba di halte sesuai jadwal yang dijanjikan.
Naik bus di Negeri Singa juga tergolong murah. Pengelola punya aturan khusus yang memungkinkan anak-anak membayar lebih sedikit dibandingkan orang dewasa. Kami yang masuk kategori adult atau dewasa hanya membayar sekira 1 SGD atau Rp 12 ribuan untuk perjalanan lebih dari 5 halte.
|
Kami menggunakan kartu EZlink yang bisa dipakai juga untuk naik MRT. Kami hanya tinggal tap di alat yang berada di sekitar pintu masuk dan keluar. Menariknya, alat itu tersebar di banyak titik dan tanpa pengawasan petugas, sehingga prosesnya bisa berjalan cepat.
Untuk perjalanan singkat melintasi kurang dari 5 halte, tarifnya jauh lebih murah. Bahkan, kami pernah hanya membayar 0,7 SGD atau tak sampai Rp 10 ribu. Nominal tersebut sangat rendah untuk penghasilan rata-rata orang di Singapura.
|
Mirip seperti di Jakarta, bus di Singapura juga menggunakan nomor untuk menandai rute perjalanan. Biasanya, satu halte hanya dilintasi bus dengan 4-8 nomor berbeda. Sehingga, jika nomor bus yang hendak ditumpangi tak ada, kita harus mencari halte lain yang letaknya berdekatan.
Penduduk Singapura juga lebih memilih bus karena harga mobil pribadi sangat mahal. Sebab, untuk membeli mobil pribadi, mereka harus membayar certificate of entitlement (COE) atau sertifikat kepemilikan yang mencapai 70 persen dari harga kendaraan.
(sfn/dry)