Kamis, November 28


Jakarta

Band punk asal Bandung, Dongker, telah melepas album perdana bertajuk Ceriwis Necis pada Mei 2024. Hasilnya mereka mendapat respons luar biasa dari para penggemar maupun pecinta musik dalam dan luar negeri.

Dalam Ceriwis Necis, Dongker punya 17 lagu. Sebelum itu, band beranggotakan Delpi Suhariyanto (gitar dan vokal), Arno Zarror (gitar dan vokal), Bilal Ahmad (bass), dan Dzikrie Juliogian (drum) punya album mini pada 2019 bertajuk Upaya Memaki.

Balik ke Ceriwis Necis, satu bulan setelah album itu dirilis ke pasaran, Dongker bertolak ke belasan titik kota untuk melakoni rangkaian tur album mereka. Tak hanya menyambangi kota-kota besar di pulau Jawa, Bali, dan Sumatera, mereka juga menggelar pertunjukan di beberapa daerah di Malaysia, seperti Kuala Lumpur, Melaka, dan Johor Bahru.


Dongker berhasil bertatap muka dengan para pendengarnya dan sukses dalam rangkaian tur Ceriwis Necis. Tak cuma itu, band pemilik lagu Sepenggal Sadar tersebut juga heboh karena membuat buku sebagai ruang interpretasi ulang 17 lagu di album perdananya yang dialihwahanakan untuk dapat dinikmati melalui puisi, cerpen, naskah drama, ilustrasi, iterasi coding, desain, anting, dan creative writing.

Buku setebal 340 halaman itu dirilis Dongker secara eksklusif pada hari dan acara-acara tertentu. Belum habis sampai di situ, band tersebut tengah mempersiapkan perilisan piringan hitam.

Dari serangkaian kehebohan yang Dongker buat karena kesuksesan Ceriwis Necis, membuat Delpi, Arno, Bilal, Dzikrie ‘diadili’ oleh DCDC Pengadilan Musik. Mereka disidang oleh kedua Jaksa Penuntut, yaitu Pidi Baiq dan Budi Dalton, serta Hakim Ketua, Man Jasad.

DCDC Pengadilan Musik sendiri merupakan program yang digelar dalam rangka mengkaji karya-karya para pelaku musik yang berkembang di industri musik Indonesia. Program itu menjadi wadah apresiasi karya-karya dari para musisi Tanah Air, yang dikemas dengan konsep persidangan, tapi tidak sepenuhnya serius.

Sebagai terdakwa di persidangan, Dongker berhak didampingi pengacara kompeten di bidang musik yang menjadi pembela, yakni Yoga PHB dan Rully Cikapundung. Arno selaku gitaris dan vokalis langsung menjelaskan soal ide rilisan Ceriwis Necis dalam berbagai medium.

“Kami berkolaborasi dengan 17 penulis untuk menginterpretasi 17 lagu di album Ceriwis Necis. Yang paling rumit ya iterasi coding itu, karena bukan hal yang umum ya. Oh iya, karya ini sudah kami rilis di 5 negara, Taiwan, Jepang, Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Lagu Bertaruh Pada Api bisa dibilang gerbang bagi kami untuk reach pendengar secara luas dari mulai awal merilis single itu,” ujarnya, dalam keterangan tertulis, Rabu (27/11/2024).

Dongker juga punya alasan tertarik merilis piringan hitam. Sebab hal tersebut menjadi sakral untuk dilakukan oleh para musisi sebagai bentuk ‘kelulusan’ dan kenangan.

“Di awal tahun 2025 kami akan rilis vinyl sekitar 300 keping bersama Disaster Records. Kami menganggap perilisan vinyl itu ijazah untuk pelaku musik, serta jadi kenangan untuk dinikmati nantinya. Dan memang sudah menjadi semangat kami untuk merilis karya dengan berbagai medium,” tutur Delpi.

Agus Danny Hartono selaku Perwakilan DCDC mengatakan Dongker jadi salah satu band yang begitu heboh akhir tahun ini. Makanya itu, ia tak ragu untuk meminta pertanggungjawaban mereka dalam edisi ke-60 acara tersebut setelah Juicy Luicy.

“Tak dapat dipungkiri jika Dongker saat ini menjadi salah satu band di garis depan yang kaya akan inovasi dan terobosan. Maka dari itu, DCDC Pengadilan Musik memanggil Dongker untuk didakwa dan dimintai pertanggungjawabannya atas sederet karya yang telah mereka kerjakan dan edarkan ke khalayak luas,” katanya.

(mau/pig)

Membagikan
Exit mobile version