Minggu, April 27


Jakarta

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tak peduli harga mobil di negaranya mengalami kenaikan setelah pengumuman tarif impor sebesar 25 persen. Sebab, kata dia, kondisi tersebut merupakan konsekuensi yang harus ditanggung perusahaan dan konsumen.

Donald Trump menegaskan, kenaikan harga tersebut hanya berlaku untuk mobil yang berstatus impor, bukan buatan lokal. Dia mengklaim, kebijakan tersebut bertujuan agar produsen ramai-ramai memproduksi kendaraan di Amerika Serikat.

“Pesannya adalah selamat (untuk produsen), jika Anda membuat mobil di Amerika Serikat, Anda akan menghasilkan banyak uang. Jika tidak, Anda mungkin harus datang ke Amerika Serikat, karena jika Anda membuat mobil di sini, tidak ada tarif,” ujar Donald Trump kepada NBC News, dikutip Rabu (9/4).


“Saya tidak peduli kalau mereka (merek impor) menaikkan harga (kendaraan), karena orang-orang akan mulai membeli mobil buatan Amerika,” tambahnya.

Dealer mobil di Amerika Serikat. Foto: iStock.

Trump justru berharap mobil-mobil impor segera naik harga. Sebab, dengan begitu, konsumen AS bisa lebih cepat menyerbu kendaraan lokal. Dia mau produk buatan AS kembali berdaya di rumah sendiri.

“Saya tidak peduli. Saya berharap mereka menaikkan harga, karena jika mereka melakukannya, orang-orang akan membeli mobil buatan Amerika. Kami punya banyak,” ungkapnya.

Di kesempatan berbeda, Dr. Kishore Kulkarni selaku profesor ekonomi di MSU Denver menduga, harga mobil di AS akan naik US$ 8 ribu (Rp 133 jutaan) hingga US$ 15 ribu (Rp251 jutaan) setelah muncul kebijakan impor. Sementara Lab Keuangan Universitas Yale memprediksi, kenaikannya berkisar US$ 6.400 (Rp 110 jutaan).

Kulkarni menjelaskan, suku cadang kendaraan yang masuk ke AS juga akan dikenakan tarif 25 persen. Sehingga, meski mobil dirakit secara lokal, jika komponennya masih impor, maka harganya tetap akan naik.

Menurut Kulkarni, mobil merupakan industri yang kompleks. Sebab, sekalipun diklaim ‘buatan lokal’, komponennya masih tetap bergantung dari negara lain. Bahkan, kata dia, Tesla yang kerap diagung-agungkan sebagai mobil bangsa saja masih menggunakan suku cadang dari negara rekanan.

“Untuk banyak mobil, perakitan ada di suatu tempat, mesinnya dari suatu tempat, suku cadang bodinya ada di suatu tempat. Jadi jelas, mobil adalah komoditas yang sangat kompleks yang membutuhkan banyak barang impor dan input impor, dan oleh karena itu, perusahaan mobil akan menemukan cara untuk beradaptasi dengan semua ini,” kata Kulkarni.

(sfn/rgr)

Membagikan
Exit mobile version