Rabu, Juli 3


Jakarta

Heboh dokter menemukan 70 paku di dalam perut pria berinisial SH (22) di Kabupaten Indramayu. Untuk mengeluarkan paku berkarat berukuran 4-7 cm ini, pasien harus dioperasi selama 2 jam pada hari Sabtu (22/6/2024).

Direktur RSUD Indramayu, dr Deden Bonni Koswara menduga pasien tersebut termasuk orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

“Ini adalah pasien orang dengan gangguan jiwa pertama kali dirawat di ruangan Malgova yaitu khusus ODGJ,” beber dr Deden dikutip dari detikJabar.


“Kemudian pada saat dokter spesialis kejiwaan kami dokter Tini melakukan anamnesis, didapatkan bahwa pasien ini juga terdapat keluhan. Ada mual, sering sakit perut,” sambungnya.

Terlepas dari kasus tersebut, ternyata ada kondisi yang mendasari seseorang cenderung memasukkan benda-benda selain makanan ke dalam perut. Psikiater dr Lahargo Kembaren, SpKJ, menyinggung satu kondisi gangguan makan yakni pica.

Pica merupakan suatu gangguan makan yang ditandai saat seseorang secara kompulsif memakan benda yang sebenarnya bukan makanan, yang tidak memiliki nilai nutrisi atau tanpa tujuan.

“Jadi banyak sekali ini dilakukan biasanya oleh orang dengan gangguan jiwa, yang paling sering itu adalah gangguan skizofrenia,” jelas dr Lahargo saat dihubungi detikcom, Selasa (25/6/2024).

“Selain itu, ada juga anak-anak dengan autism spectrum disorder atau ASD yang autis, atau juga mereka yang punya disabilitas intelektual. Tapi, yang paling banyak itu yang skizofrenia,” lanjut dia.

dr Lahargo menjelaskan skizofrenia merupakan suatu kondisi yang memiliki konsekuensi berbahaya, karena apa yang dimakan seringkali bisa membahayakan. Contohnya, pada kasus ini benda-benda tajam yang tentunya bisa mengganggu fungsi saluran pencernaan dan berakibat fatal bagi pasien.

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang ditandai dengan ketidakmampuan seseorang untuk membedakan mana yang nyata dan yang tidak nyata. Salah satu tanda awalnya adalah munculnya halusinasi.

“Ada suara-suara bisikan yang menyuruh dia untuk melakukan sesuatu. Nah ini sering kita temukan di rumah sakit jiwa. Kami punya banyak kasus pica yang seperti ini,” beber dr Lahargo.

“Di mana pasien itu memakan ataupun menggunakan berbagai benda-benda yang kemudian bisa berbahaya. Jadi suara-suara bisikan atau halusinasi pendengaran itu menyuruhnya untuk melakukan hal tersebut, menyuruhnya untuk makan, memasukkan ke dalam mulut, atau hal-hal yang lain,” tuturnya.

(sao/naf)

Membagikan
Exit mobile version