Jakarta –
Konsultan dokter bedah Inggris yang menjadi sukarelawan di Gaza, Dr Nick Maynard menceritakan pengalamannya yang bekerja di wilayah kantong pemukiman Palestina tersebut.
Ia sangat terkejut setelah Israel melakukan serangan ke Rumah Sakit Martir Al Aqsa di Gaza Tengah yang menewaskan sejumlah orang dan melukai puluhan orang lainnya, termasuk anak-anak.
“Saya sudah pergi ke Gaza selama hampir 15 tahun, dan saya pikir saya akan siap menghadapi apa yang akan saya lihat. Tapi apa yang saya lihat di Rumah Sakit al-Aqsa adalah kasus terburuk dalam 30 tahun karier saya,” katanya kepada Al Jazeera, dikutip Jumat, 22/3/2024).
“Cedera klinis yang mengerikan, kebanyakan menimpa anak-anak dan perempuan. Luka bakar yang parah, luka traumatis, dan tidak ada ruang untuk menangani kasus tragis ini,” lanjutnya lagi.
Dr Maynard teringat saat menangani seorang gadis muda dengan luka bakar yang sangat parah di tulang wajahnya hingga terlihat. “Dia jelas tidak punya peluang untuk bertahan hidup dan akan mati, tapi kami tidak punya obat pereda nyeri untuk diberikan padanya. Dia meninggal dalam kesakitan di lantai unit gawat darurat,” imbuhnya.
Tak hanya itu, di tengah kekacauan yang terjadi di unit gawat darurat pada Hari Tahun Baru 2024, konsultan Inggris itu melihat seorang anak laki-laki berusia enam tahun terbungkus selimut, terbaring sendirian dan setengah sadar di tanah.
“Ia tidak memiliki keluarga bersamanya dan ia tidak pernah diperiksa oleh perawat atau dokter mana pun,” katanya kepada Telegraph.
Anak itu, dikatakannya, mengalami cedera di kepala, tubuhnya dipenuhi dengan luka bakar yang mengerikan,dan dadanya robek karena luka pecahan peluru.
“Anda bisa melihat udara tersedot dan kemudian keluar lagi,” katanya.
Maynard mengangkat anak itu dan membawanya ke sebuah sudut. Tidak ada tempat tidur yang tersisa, sehingga ia dan seorang rekannya membaringkannya di lantai rumah sakit, dan berusaha menyadarkannya dengan tangan dan lutut.
“Kami memberikan infus kepadanya untuk mengeringkan pendarahan di dadanya, kami mencoba menutupi luka bakarnya karena ia menggigil. Itu sangat mengerikan. Tragisnya, saya tidak tahu apakah dia selamat atau tidak,” katanya.
“Itu jauh lebih buruk dari yang kami bayangkan. Saya tidak bisa membandingkannya dengan apa pun, tidak seperti yang pernah saya lihat di Bumi,” pungkasnya.
Simak Video “Anak-anak di Gaza Dijatah Cuma 1,5 Liter Air Per Hari“
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)