Sabtu, Oktober 5


Jakarta

Dunia industri farmasi dan kesehatan di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Seperti diketahui, harga obat-obatan dan alat kesehatan di Indonesia ternyata lebih mahal tiga hingga lima kali lipat dibandingkan negara tetangga, Malaysia.

Terkait hal ini, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut alasan di balik mahalnya harga obat serta alat kesehatan di Indonesia. Alasan tersebut antara lain rantai perdagangan di tanah air yang terlalu panjang, tata kelola yang kurang baik, dan informasi kesehatan yang dinilai tidak transparan. Hal ini kemudian berimbas pada industri kesehatan yang akhirnya tidak bisa berkembang.

“Kalau saya lihat, memang dalam tata perdagangan kita itu telah terlampau panjang rantainya, itu mesti dirapikan. Kedua tata kelolanya, transparansinya juga mesti diperbaiki,” jelas Budi usai rapat kerja (raker) dengan Komisi IX DPR RI di Jakarta, Selasa (2/7/2024).

“Kalau di kesehatan, kan, informasinya enggak se-transparan itu. Misal, operasi di rumah sakit harganya berbeda dengan rumah sakit besar. Itu bedanya bukan hanya persentase. Nah itu, kan, ada masalah transparansi dari layanan kesehatan maupun obat-obatan,” lanjutnya.

Terkait hal ini, dirinya akan mengajak kementerian-kementerian untuk bekerja sama. Budi akan mengajak Kemenperin RI dalam mengatasi permasalahan harga alat kesehatan, termasuk obat-obatan di Indonesia yang mahal dan mendorong para pengusaha dalam negeri untuk terlibat dalam produksi.


Budi juga akan menggandeng Kemenkeu dalam hal penyesuaian besaran bea masuk alat kesehatan. Dengan demikian, ia berharap dapat menciptakan efisiensi yang mendorong pertumbuhan industri farmasi dalam negeri.

Masalah harga obat-obatan dan alat kesehatan yang melonjak tajam ini juga sempat disoroti oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dalam rapat bersama Kementerian Kesehatan hingga Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jokowi memerintahkan agar tata kelola dan pembelian obat serta alat kesehatan harus diperbaiki demi mengurangi biaya yang tak perlu.

“(Jokowi) Ingin agar alat kesehatan dan obat-obatan itu bisa sama dengan negara-negara tetangga, kan kita alat kesehatan dan obat-obat itu mahal,” ujar Budi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (2/7).

Jokowi juga meminta industri alat kesehatan hingga obat-obatan dibangun di Indonesia. Hal itu sebagai langkah antisipasi bila sewaktu-waktu pandemi terjadi lagi. Jokowi juga mendorong adanya koordinasi antara Menteri Kesehatan, Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan dalam mendesain satu ekosistem.

Masih berbicara soal dunia industri kesehatan Indonesia, baru-baru ini pemerintah ingin mendatangkan dokter asing untuk menutup kurangnya dokter di tanah air. Menkes Budi Gunadi mengatakan adanya dokter asing bukan untuk bersaing dengan tenaga kesehatan lokal. Ia mengatakan tujuan didatangkannya dokter spesialis dari luar negeri untuk menyelamatkan masyarakat.

Budi menyinggung kasus serangan jantung di RI yang belum tertangani dengan laik lantaran kekurangan dokter spesialis. Sebagai contoh, dengan adanya dokter asing spesialis bisa menyelamatkan nyawa 300 ribu orang Indonesia yang terkena stroke, 250 ribu penyakit serangan jantung, 6.000 bayi yang kemungkinan besar meninggal tiap tahunnya.

Kebijakan mendatangkan dokter asing ini kemudian menuai kontroversi di kalangan masyarakat dan tenaga ahli. Bahkan, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Prof Dr dr Budi Santoso SpOG FER diberhentikan atau dicopot dari jabatannya terkait responsnya soal rencana pemerintah yang akan mendatangkan dokter asing ke Indonesia.

Lantas apa penyebab sebenarnya harga obat-obatan dan alat kesehatan di tanah air sangat mahal? Bagaimana upaya pemerintah untuk menekannya? Temukan ulasan mendalamnya hanya di Editorial Review.

Masih membahas soal dicopotnya Dekan Fakultas Kedokteran Unair usai dirinya berkomentar tidak setuju rencana Kemenkes mendatangkan dokter asing ke Indonesia. Sebenarnya alasan apa yang membuat Prof Budi dicopot? Benarkah pencopotan Prof Budi menuai reaksi dokter-dokter di Surabaya hingga melakukan unjuk rasa? Ikuti laporan Redaktur detikJatim dalam Indonesia Detik Ini.

Sementara itu bagi anda-anda yang ingin belajar investasi, jangan lewatkan segmen Sunsetalk sore ini. Piranti apa saja yang cocok untuk mengamankan finansial? Temukan jawabannya dalam perbincangan santai menjelang matahari terbenam bersama Head of Business Partnership InvestasiKu.

Ikuti terus ulasan mendalam berita-berita hangat detikcom dalam sehari yang disiarkan secara langsung langsung (live streaming) pada Senin-Jumat, pukul 15.30-18.00 WIB, di 20.detik.com dan TikTok detikcom. Jangan ketinggalan untuk mengikuti analisis pergerakan pasar saham jelang penutupan IHSG di awal acara. Sampaikan komentar Anda melalui kolom live chat yang tersedia.

“Detik Sore, Nggak Cuma Hore-hore!”

(vys/vys)

Membagikan
Exit mobile version