Kamis, Oktober 31

Jakarta

Meski sudah tersedia di Indonesia sejak Mei 2024, keberadaan layanan internet berbasis satelit Starlink masih terus memicu pro kontra, terlebih bagi industri telekomunikasi dalam negeri.

Chief Corporate Affairs XL Axiata, Marwan O. Baasir mengatakan industri telekomunikasi Indonesia ke depannya akan sangat menantang. Bahkan sepertinya tidak akan menjadi lebih ringan untuk dilalui. Kompetisi antar-operator akan terus ketat, berkembangnya selera dan kebutuhan pelanggan dan masyarakat juga akan sangat mempengaruhi arah strategi bisnis.

“Selain itu, kami juga harus menghadapi munculnya pesaing baru yang membawa teknologi baru, seperti Starlink dan sejenisnya. Di saat yang sama, sejumlah persoalan hingga saat ini belum jelas penanganannya, pun belum jelas aturannya, padahal sangat berpotensi mengganggu jalannya bisnis secara industri,” ujar Marwan dikutip dari siaran persnya.


Operator seluler ini menilai Starlink yang beroperasi di orbit rendah Bumi atau low earth orbit (LEO) mempercepat ketersediaan sinyal internet di wilayah-wilayah pelosok tanah air.

Hanya saja di sisi lain, kata Marwan, manajemen XL Axiata menekankan perlunya pemerintah untuk menerapkan secara tegas regulasi yang seimbang untuk menciptakan playing field yang adil bagi semua pemain di industri.

“Pemerintah perlu memastikan equal playing field antara Starlink dengan operator yang sudah ada. Hal ini akan mendorong persaingan sehat dan meningkatkan kualitas layanan bagi masyarakat,” tuturnya.

Harapan tersebut dapat diatasi segera oleh pemerintah baru saat ini, khususnya Meutya Hafid yang telah dilantik Presiden Prabowo Subianto sebagai Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) di Kabinet Merah Putih.

“Kami pun siap untuk berkolaborasi dengan Starlink dan membuka peluang kerjasama untuk memperluas jangkauan layanan internet,” lanjut Marwan.

Selain adanya peluang, manajemen XL Axiata memandang pihaknya saat ini menghadapi tantangan bagaimana menjaga keberlangsungan industri dengan memastikan ketersediaan layanan dengan harga yang kompetitif sebanding dengan kualitas layanan yang diberikan.

“Dengan demikian, industri telekomunikasi bisa tetap sehat dan masyarakat bisa mendapatkan layanan Internet yang berkualitas,” ungkapnya.

XL Axiata berharap pemerintah bisa membantu menciptakan iklim yang positif dan sehat tersebut yang juga akan bisa mendukung percepatan dan pemerataan pembangunan nasional.

Selain Starlink, operator seluler menyoroti insentif untuk biaya regulasi, maraknya praktik RT/RW net ilegal yang perlu intervensi dari pemerintah dalam menangani sejumlah persoalan yang hingga saat ini belum ada kejelasan. Padahal, disampaikannya, hal itu sudah jelas akan mengganggu pelaku industri telekomunikasi nasional, terutama para operator.

(agt/agt)

Membagikan
Exit mobile version