Jakarta –
Harga makanan era tahun 1970-an berbeda jauh dengan harga makanan zaman sekarang. Hal ini membuat banyak netizen rindu dengan harga makanan masa dulu.
Kisaran harga makanan memang kerap berubah. Setiap tahunnya pasaran harga makanan memang terus naik, karena harga bahan-bahan makanan hingga bahan bakar juga terus melonjak tinggi.
Tak heran ada selisih harga yang sangat jauh antara harga makanan pada tahun 1970-an dengan harga makanan sekarang. Seperti yang dibahas di akun X @convomf (05/10).
“Kalau kalian ada di zaman dulu, kalian mau beli (makanan) apa aja guys? Btw ini harga menu makanan tahun berapa ya? Kok bisa semurah itu?” tulis salah satu netizen di akun @convomf.
|
Curhat Netizen Rindu Harga Makanan Murah Tahun 1970an Foto: Site News
|
Di foto tersebut tampak ada tiga orang pria yang membawa papan putih berisi menu makanan dan harganya. Ada nasi rames seharga Rp 400, lalu soto babat harganya Rp 350, bakso dan soto mie seporsi hanya Rp 250, sampai ketoprak dan gado-gado harganya Rp 250.
Foto menu makanan jadul ini sebenarnya sudah pernah viral beberapa waktu lalu, tapi masih banyak netizen di X yang rindu dan berharap harga-harga makanan bisa kembali ke zaman dulu.
“Ini menu makanan kisaran tahun 70-80an. Kurang lebih harga kelapa muda Rp 250 rupiah itu setara dengan Rp 15.000 di tahun ini.” ungkap @bur***.
 |
“Kalau saya hidup di zaman dulu, saya pasti akan beli semua makanan di atas. Kadang iri kalau Mama cerita bisa beli bakso harganya cuma seratus perak,” curhat @mas**.
“Harga bakso cuma Rp 250? Jadi inget sama ceritanya ibuku pas zaman sekolah. Katanya dulu beliau dikasih uang saku cuma Rp 50 atau Rp 100 perak. Buat beli bakso gak bisa karena kemahalan, akhirnya kalau setiap mau beli bakso, ibuku harus nabung dulu,” lanjut @es**.
 |
“Kangennya sama harga makanan di atas. Andaikan semua harga makanan bisa kembali ke tahun 70-an, pasti aku setiap hari jajan bakso sehari lima kali saking murahnya,” pungas @bad***.
Beberapa netizen ikut menjelaskan bahwa sebenarnya harga makanan di tahun 70-an tidaklah murah. Sebab ada nilai tukar rupiah yang berbeda, faktor krisis moneter yang terjadi di Indonesia tahun 1997-1998, dan faktor lainnya.
(sob/odi)
