Selasa, Juni 25


Yogayakarta

Keraton Jogja memiliki beberapa peninggalan lawas berusia ratusan tahun, salah satunya Pesanggrahan Rejawinangun atau Situs Warungboto. Bangunannya unik dan menawan.

Meski tidak sepopuler Taman Sari, bangunan Situs Warungboto justru memiliki poin plus tidak terlalu ramai pengunjung. Selain itu, fasadnya amat mencolok dengan corak khas terbuat dari batu bata tanpa struktur kayu.

Diperkirakan Situs Warungboto telah ada sejak tahun 1785 M dan menjadi salah satu karya Putra Mahkota KGPAA Hamengkunegara, yang kelak pada tahun 1792 naik tahta bergelar Sri Sultan Hamengku Buwana II.


Situs Warungboto berada di Kalurahan Rejowinangun di Kemantren Kotagede dan Kalurahan Warungboto di Kemantrén Umbulharjo. Jaraknya sekitar 4,6 km dari Taman Sari.

Kini, untuk masuk ke situs pengunjung tidak dikenai biaya sama sekali. Pengunjung cukup membayar parkir yang dikelola oleh warga sekitar. Selain itu, ada kotak sukarela yang digunakan sebagai biaya pembersihan dan pemeliharaan.

Saat ini, masih ada penggalian sejumlah di Situs Warungboto yang masih terpendam. Selain itu, ada perbaikan pada jalur yang akan dilewati pengunjung. Meski demikian, situs ini masih tetap beroperasi dan bisa dikunjungi seperti biasa.

“Nggak nentu, paling rame sehari bisa 50 kendaraan,” kata Sartono (69), pengelola parkir Situs Warungboto, terkait jumlah pengunjung berdasarkan kendaraan yang parkir di sana.

Pesanggrahan merupakan kawasan yang dibangun sebagai tempat peristirahatan keluarga kerajaan pada zaman dulu. Situs Warungboto itu dulu adalah kolam pemandian yang di tengahnya terdapat sumber mata air. Salah satu buktinya adalah ditemukannya sebuah mata air yang disebut “tuk umbul”.

Dikutip dari situs pariwisata jogjakota, layaknya tempat beristirahat bagi keluarga, Pesanggrahan Warungboto dilengkapi dengan taman, segaran, kolam, dan kebun di sisi timur. Sementara itu, di sisi barat merupakan kompleks bangunan berkamar dan dua kolam pemandian.

Saat dikunjungi detikTravel, pada bagian kolam yang kering, tidak ada air sama sekali. Sejauh mata memandang masih berdiri kokoh tembok-tembok situs yang terbuat dari batu bata tanpa struktur kayu.

Situs itu berdiri tanpa atap dan bersebelahan dengan kompleks pemukiman warga. Sisi timurnya berbatasan dengan Sungai Gajah Wong, dan sisi barat berbatasan dengan Jalan Veteran Yogyakarta.

Lokasinya secara administratif berada di perbatasan antara Kelurahan Rejawinangun, Kecamatan Kotagede dan Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharja. Untuk menuju kemari butuh waktu sekitar 15 menit dari Tugu Yogyakarta.

Situs Warungboto dikelola sebagai cagar budaya oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X. Tidak seperti tempat wisata pada umumnya, situs ini tutup saat hari Minggu dan hari libur nasional. DIbuka Senin sampai Jumat pukul 07.30-16.00, serta hari Sabtu pukul 07.30-12.30.

Waktu terbaik ketika mengunjunginya adalah saat pagi atau sore hari ketika matahari belum di atas kepala. Di sini traveler dapat mengamati langsung sisa sisa peninggalan kerajaan zaman dahulu sebagai upaya pelestarian budaya Jogja.

Aktivitas lain yang dapat dilakukan yakni berfoto ria. Setiap sudutnya estetik dengan dominasi warna coklat kekuningan. Serta beberapa corak lumut dan retakan kecil yang memvisualisasikan jejak waktunya. Ada sejumlah tangga yang akan mengantarkan ke atap bangunan. Dari sana, traveler dapat melihat situs secara jelas dari atas.

Cahaya matahari menjadi lighting alami karena bangunannya yang berdiri tanpa atap. Disarankan jika traveler ke sini, jangan lupa membawa kipas tangan atau payung terutama saat siang hari.

Untuk pengambilan foto dan video dengan tujuan khusus seperti pre-wedding atau penelitian ilmiah yang menggunakan kamera atau drone, wajib mengajukan permohonan izin ke Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X maksimal tiga hari sebelum berkegiatan.

Simak Video “Wisata Baru, Bisa Lihat Bandara YIA hingga Laut Selatan dari Ketinggian
[Gambas:Video 20detik]
(fem/fem)

Membagikan
Exit mobile version