Jumat, Desember 27

Jakarta

DBD atau demam berdarah dengue adalah demam yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti. Virus yang dibawa nyamuk tersebut akan menginfeksi orang yang digigitnya.

Ciri-ciri DBD pada anak dan bayi sebenarnya tidak jauh berbeda dengan orang dewasa. Namun ciri-cirinya terkadang disepelekan karena mirip dengan penyakit lain. Padahal penyakit ini bisa mengancam nyawa anak.

Simak artikel ini untuk mengetahui ciri-ciri DBD pada anak dan bayi, lengkap dengan besarnya risiko DBD pada anak dan bayi, serta cara penanganan dan pencegahannya.


Ciri-ciri DBD pada Anak dan Bayi

Di bawah ini adalah gejala atau ciri-ciri DBD pada anak dan bayi yang tidak boleh disepelekan.

Jika mengalami demam tinggi dan beberapa gejala lain, jangan menunda untuk membawa anak ke dokter sebagai antisipasi adanya infeksi nyamuk demam berdarah.

Ciri-ciri Demam Berdarah pada Anak

Dikutip dari Kids Health, ciri-ciri DBD pada anak meliputi:

  • Demam tinggi, bisa mencapai 40°C
  • Nyeri di belakang mata, persendian, otot dan/atau tulang
  • Sakit kepala parah
  • Ruam di sebagian besar tubuh
  • Pendarahan ringan dari hidung atau gusi
  • Mudah memar

Ciri-ciri Demam Berdarah pada Bayi

Gejala DBD pada bayi harus lebih diwaspadai karena bayi belum bisa berkomunikasi. Gejala atau ciri-ciri pada bayi yang dikutip dari situs Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut:

  • Demam tinggi mencapai 40 derajat Celsius, tapi terkadang bisa di bawah 36 derajat Celsius pada siklus demam tapal kuda.
  • Muncul ruam/bintik merah pada kulit bayi akibat trombosit darah yang menurun.
  • Bayi merasa gelisah dan sering rewel/menangis.
  • Mengalami muntah lebih dari 3 kali dalam sehari.
  • Perdarahan yang tidak wajar, seperti gusi berdarah, mimisan, bahkan bisa mengalami memar pada waktu yang sama.
  • Napas bayi akan terasa cepat karena plasma darah yang merembes ke saluran keluar pembuluh darah dan berkumpul di paru-paru.

Risiko DBD pada Anak

Dikutip dari situs UNICEF, anak kecil dan bayi berisiko lebih tinggi terserang DBD dan komplikasinya daripada orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh mereka yang lebih lemah.

Selain itu, wanita hamil juga berisiko lebih tinggi terkena DBD yang parah, bahkan mungkin menularkan kepada bayinya selama kehamilan atau sekitar waktu kehamilan. Ini bahkan bisa menyebabkan kelahiran prematur dan berat badan rendah.

Oleh karena itu, anak kecil, bayi, dan ibu hamil harus dijaga agar tidak digigit nyamuk Aedes aegypti. Pastikan untuk segera mendapatkan penanganan medis agar terhindar dari dampak yang lebih parah.

Penanganan DBD

DBD tidak ditangani secara khusus. Namun dokter akan menangani gejala-gejala yang terjadi akibat DBD, seperti mengatasi demam dan nyeri.

Beberapa penanganan DBD yang biasa dilakukan adalah sebagai berikut:

  • Istirahat yang cukup.
  • Makanlah makanan yang cukup dan bergizi.
  • Minum banyak air untuk mencegah dehidrasi.
  • Tangani panas atau demam dengan mengkonsumsi parasetamol atau yang direkomendasikan dokter.
  • Basuh kulit dengan air dingin untuk mengurangi demam.
  • Hindari obat antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen dan aspirin, sebab dapat meningkatkan risiko perdarahan.
  • Hubungi dokter sesegera mungkin jika mengalami ciri-ciri DBD.

Pencegahan DBD

Sebelum semuanya terjadi, ada baiknya kita mencegah DBD dengan cara mencegah perkembangan nyamuk Aedes aegypti dan mencegah nyamuk menggigit kita. Beberapa caranya adalah sebagai berikut:

  • Tutuplah genangan air agar tidak dihinggapi nyamuk. Nyamuk bisa berkembang biak di genangan air.
  • Bersihkan berbagai tempat yang memungkinkan air bisa tergenang, misalnya pot tanaman, ember, termasuk bak mandi.
  • Selalu tutup tempat sampah jika sedang tidak digunakan karena bisa menjadi tempat persembunyian nyamuk.
  • Menggunakan losion anti nyamuk meski berada di dalam rumah.
  • Menggunakan semprotan anti nyamuk untuk membunuh nyamuk yang bisa menularkan DBD.
  • Menggunakan baju yang aman dari gigitan nyamuk.
  • Tempatkan tanaman hias yang bisa mengusir nyamuk.

Itulah tadi ciri-ciri DBD pada anak dan bayi, lengkap dengan besarnya risiko DBD pada anak dan bayi, serta cara penanganan dan pencegahannya.

Simak Video “Eks Menkes Siti Fadilah Pertanyakan Program Pengendalian DBD dengan Wolbachia
[Gambas:Video 20detik]
(bai/inf)

Membagikan
Exit mobile version