
Jakarta –
China terus mencari dan menggali kekayaan alamnya. Kali ini, negara tersebut telah menemukan emas hitam setelah mengumumkan penemuan 100 juta ton minyak di bawah dasar laut.
Sebuah ladang minyak besar yang disebut Huizhou 19-6 tersebut, baru-baru ini ditemukan di lapisan dalam dan sangat dalam di bawah Laut China Selatan, menurut pengumuman pada Senin (1/4) oleh China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) milik negara.
Sumur uji telah menyedot ratusan barel minyak mentah dan hasil pengeboran diklaim menemukan cadangan yang terbukti jauh lebih banyak lagi.
Sumur penemuan HZ19-6-3 dibor dan diselesaikan pada kedalaman 5.415 meter, dan menemukan total 127 meter zona minyak dan gas. Sumur tersebut diuji untuk menghasilkan 413 barel minyak mentah dan 2,41 juta kaki kubik gas alam per hari.
“Melalui eksplorasi berkelanjutan, volume terbukti di lapangan minyak Huizhou 19-6 telah melampaui seratus juta ton setara minyak,” kata CNOOC dalam sebuah pernyataan, dikutip dari IFL Science.
Situs Huizhou 19-6 yang baru ditemukan dilaporkan berada sekitar 170 kilometer dari lepas pantai Shenzhen di Provinsi Guangdong, China selatan. Lokasinya berada di dalam Zona Ekonomi Eksklusif China, zona laut yang membentang hingga 321 km dari pantai suatu negara tempat negara tersebut memiliki hak khusus untuk menangkap ikan, mengebor, dan menjelajah.
Lebih jauh lagi, Laut China Selatan merupakan salah satu kawasan yang paling diperebutkan di Bumi, yang dinilai karena posisi strategis dan sumber daya yang melimpah, termasuk cadangan minyak yang besar.
China, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan negara-negara lain mengajukan klaim atas wilayah ini, didorong oleh kekhawatiran atas keamanan energi dan kedaulatan teritorial.
Saat dunia tanpa henti memburu minyak baru, semakin banyak cadangan yang digali dari lapisan dasar laut yang sangat dalam yang sebelumnya dianggap tidak dapat dijangkau. Dalam beberapa tahun terakhir, China telah mendorong batas eksplorasi yang sangat dalam dengan teknologi baru yang mengungkap ladang minyak dan gas yang sangat besar, yang memicu permintaan energi yang meningkat sekaligus menimbulkan masalah lingkungan.
Kelompok lingkungan telah lama memperingatkan tentang risiko pengeboran di perairan sangat dalam, menyoroti meningkatnya ancaman tumpahan minyak yang dapat menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan bagi ekosistem laut.
Menggali lebih banyak minyak juga menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan jangka panjang dan komitmen iklim global. China telah menyatakan bahwa pihaknya bertujuan untuk mencapai netralitas karbon pada 2060 dan mencapai emisi ‘puncak karbon’ pada 2030. Memiliki 100 juta ton minyak tentu tidak akan membantu mencapai target tersebut.
Bagaimanapun, China terus memperkuat statusnya sebagai pemimpin global dalam eksplorasi laut dalam. Apakah penemuan minyak terbaru di Laut China Selatan ini akan meningkatkan ketegangan regional atau meningkatkan stabilitas energi masih belum pasti. Namun, satu hal yang jelas: perlombaan untuk sumber daya laut dalam masih jauh dari selesai.
(rns/rns)