Jakarta –
Penelitian yang baru-baru ini dilakukan oleh para ilmuwan People Liberation Army (PLA) China mengklaim bahwa kapal selam PLA yang dilengkapi dengan senjata laser akan mampu menghancurkan satelit Starlink SpaceX jika keamanan China dalam bahaya.
Penelitian tersebut menyatakan bahwa kapal selam yang dilengkapi dengan senjata laser kelas megawatt solid-state dapat menembaki satelit sambil tetap berada di bawah air dan menarik tiang optoelektroniknya sebelum menyelam kembali ke dasar laut.
Dalam makalah tinjauan sejawat yang diterbitkan bulan lalu di jurnal Command Control & Simulasi berbahasa Mandarin, tim proyek yang dipimpin oleh Wang Dan, seorang profesor di Naval Submarine Academy, menyebutkan bahwa kapal selam yang memiliki kemampuan melakukan serangan laser semacam ini dapat diproduksi secara massal di masa depan dan ditempatkan di lautan yang berbeda untuk melawan ancaman militer terhadap China.
Sebuah laporan dari South China Morning Post mengungkapkan secara spesifik penelitian tersebut. Para ilmuwan menyimpulkan bahwa menyembunyikan serangan adalah tantangan terbesar dalam operasi anti-satelit.
“Saat ini, sarana utama operasi anti-satelit bergantung pada rudal darat-ke-udara, namun pendekatan ini memiliki masalah tertentu, terutama dalam hal penyembunyian,” kata Wang dan rekan-rekannya dalam laporan tersebut, dikutip dari Eurasian Times.
Operasi anti-satelit dari permukaan cenderung terdeteksi oleh musuh. Laporan tersebut menjelaskan bahwa peluncuran rudal seringkali meninggalkan jejak asap yang luas. Menyerang dari lokasi permukaan memudahkan pengungkapan lokasi seseorang, sehingga menciptakan celah bagi artileri musuh untuk melancarkan serangan.
“Mengambil contoh satelit yang diluncurkan oleh program Starlink, jumlahnya banyak, padat, dan berukuran kecil, menjadikan jaringan satelit sangat tangguh. Sekalipun sejumlah besar satelit hancur, masih terdapat cadangan yang diperlukan untuk menggantikannya. Oleh karena itu, menggunakan rudal untuk menyerang satelit semacam itu sangatlah tidak efisien. Senjata laser berbasis kapal selam dapat mengatasi masalah ini,” kata tim Wang.
Peneliti dan analis luar angkasa telah berulang kali memperingatkan bahwa senjata berenergi terarah, termasuk sistem gelombang mikro dan laser yang kuat, dapat ditujukan ke satelit di Low Earth Orbit (LEO). Mereka juga merupakan satu-satunya cara untuk melibatkan sejumlah besar target di LEO.
Sebelumnya, China mengklaim telah mengembangkan sumber listrik yang secara drastis dapat mengurangi ukuran senjata gelombang mikro berkekuatan tinggi yang mampu menjatuhkan satelit. Menurut peneliti, perangkat ini mampu menghasilkan daya hingga 10 gigawatt, dengan frekuensi 10 pulsa per detik.
Peneliti China bukan satu-satunya yang melontarkan gagasan bahwa kapal selam dapat menghancurkan satelit. Artikel utama Institut Angkatan Laut AS yang diterbitkan awal tahun ini menekankan peran siluman kapal selam dalam meluncurkan serangan anti-satelit.
“Rasi bintang satelit di LEO adalah yang paling rentan terhadap senjata antisatelit,” katanya.
Artikel tersebut menyatakan bahwa dengan keandalan operasional teknologi energi terarah, kapal selam bertenaga nuklir yang dilengkapi dengan senjata energi terarah anti-satelit (ASAT) akan berada dalam posisi untuk berpartisipasi dalam perang ruang angkasa ofensif.
Penelitian terbaru PLA juga menyertakan panduan langkah demi langkah untuk menyerang satelit mirip Starlink dari laut. Untuk melaksanakan misi tersebut, satu atau lebih kapal selam yang dilengkapi laser pada awalnya dikirim ke wilayah maritim.
Mengikuti arahan pimpinan, mereka memasuki wilayah laut yang ditentukan dan menunggu satelit masuk ke jangkauan serangan mereka. Waktu pengangkatan senjata laser diatur berdasarkan waktu overhead satelit yang diperoleh sebelumnya.
“Karena keterbatasan peralatan pendeteksi kapal selam, diperlukan pasukan lain untuk memberikan panduan posisi satelit agar kapal selam dapat menyerang satelit. Setelah serangan selesai, kapal selam dapat tenggelam dan menunggu misi berikutnya atau kembali ke pelabuhan asal,” ujarnya.
Menariknya, meskipun penelitian terbaru PLA secara khusus menyebutkan Starlink, studi tersebut tidak menjelaskan mengapa hal tersebut dapat menimbulkan ancaman terhadap keamanan China. Namun, laporan sebelumnya menunjukkan bahwa China khawatir SpaceX sedang membangun jaringan satelit mata-mata untuk Amerika Serikat.
Selain itu, laporan tersebut muncul beberapa minggu setelah laporan lain dari peneliti PLA yang menyatakan bahwa China sedang menganalisis peran Starlink dalam potensi kontingensi Taiwan.
(rns/afr)