Rabu, April 2


Jakarta

Noland Arbaugh, seorang pria berusia 30 tahun yang telah mengalami kelumpuhan selama delapan tahun, mencatat sejarah pada Januari 2024 sebagai orang pertama yang menerima implan chip otak dari Neuralink, perusahaan neuroteknologi yang didirikan oleh Elon Musk.

Arbaugh dilaporkan mengalami lumpuh di bawah bahunya karena kecelakaan menyelam di usia 22 tahun pada Juni 2016. Cedera yang dialaminya begitu parah hingga ia sempat khawatir tidak akan bisa belajar, bekerja, atau bahkan bermain game lagi.

Sejak saat itu ia bergantung pada orang lain untuk melakukan tugas sehari-hari dan berjuang dengan akses komputer yang terbatas melalui perangkat yang dikendalikan mulut.

“Anda tidak punya kendali, tidak ada privasi, dan itu sulit,” katanya, dikutip dari BBC.

“Anda harus belajar bahwa Anda harus bergantung pada orang lain dalam segala hal,” lanjutnya.

Adapun chip Neuralink yang ditanam di dalam tubuhnya dirancang untuk mengembalikan sebagian kemandiriannya dengan memungkinkan dia mengendalikan komputer hanya dengan pikirannya.

Teknologi antarmuka otak-komputer atau brain-computer interface (BCI) yang inovatif ini bekerja dengan mendeteksi sinyal listrik yang dihasilkan saat seseorang memikirkan gerakan, lalu menerjemahkannya menjadi perintah digital, seperti menggerakkan kursor di layar.

BCI sendiri merupakan bidang penelitian yang kompleks dan telah dikembangkan oleh para ilmuwan selama beberapa dekade.

Setelah bangun dari operasi pemasangan chip tersebut, Arbaugh berhasil mengendalikan kursor di layar hanya dengan membayangkan menggoyangkan jari-jarinya.

Ia mengakui bahwa pengalaman tersebut terasa tidak nyata, dengan mengatakan, “Kedengarannya seperti fiksi ilmiah.” Kepada BBC. Arbaugh juga berharap perangkat ini pada akhirnya dapat membantunya mengendalikan kursi roda atau bahkan robot humanoid futuristik.

Meskipun keterlibatan Musk menarik perhatian, Arbaugh menekankan bahwa fokus utama seharusnya pada kemajuan ilmiah, bukan pada sosok pendirinya.

Ia menyadari risiko yang ada, tetapi tetap yakin bahwa partisipasinya akan berkontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan, terlepas dari hasilnya, serta membantu Neuralink dalam menyempurnakan teknologinya.

Bahkan dengan teknologi yang masih dalam tahap awal pengembangan, penggunaannya tidak selalu berjalan mulus.

Pada satu titik, masalah pada perangkat menyebabkan Arbaugh kehilangan kendali sepenuhnya atas komputernya ketika koneksi antara chip dan otaknya terganggu.

“Itu benar-benar menjengkelkan, paling tidak,” katanya.

“Saya tidak tahu apakah saya akan dapat menggunakan Neuralink lagi.”

Koneksi tersebut akhirnya diperbaiki dan bahkan ditingkatkan setelah para teknisi melakukan penyesuaian pada perangkat lunaknya. Namun, insiden ini menyoroti kekhawatiran yang sering diungkapkan para ahli mengenai keterbatasan teknologi ini.

(suc/naf)

Membagikan
Exit mobile version