Rabu, Februari 5

Jakarta

Seorang dokter relawan asal Kanada menceritakan kengerian yang terjadi di Gaza, Palestina. Tak sedikit warganya di sana yang kelaparan, bahkan banyak anak-anak yang mengalami malnutrisi parah dan wanita diperkosa oleh tentara Israel.

Menteri Kesehatan setempat mengatakan sejak 7 Oktober 2023 ada lebih dari 32.000 korban meninggal dunia, yang sebagian besar dari mereka di antaranya adalah bayi dan anak-anak. Disisi lain, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan kalau 1,9 juta warga sipil di Gaza telah mengungsi secara paksa.

Tujuh puluh lima persen penduduknya menghadapi kelaparan dan tidak memiliki akses terhadap air bersih. Selain itu, UNICEF telah melaporkan anak-anak meninggal karena kelaparan dan kekurangan gizi.


Laporan tersebut juga diperkuat oleh rekaman-rekaman mengerikan yang mengungkap pembantaian biadab yang tak henti-hentinya dilakukan Israel terhadap penduduk sipil dengan kehancuran total dan runtuhnya infrastruktur layanan kesehatan.

Dua pertiga rumah sakit dan lebih dari 80 persen klinik layanan kesehatan telah hancur. Lebih dari 400 petugas kesehatan tewas, bersama dengan lebih dari 100 jurnalis. Kehancuran yang terjadi sangat besar dan tidak proporsional.

“Yang benar-benar mengejutkan saya adalah ketika kita melihat ketidakadilan di Ukraina, komunitas global bersatu dan bersuara lantang menentang ketidakadilan ini sesuai kebutuhan. Namun ketika kita melihat kekejaman, kejahatan perang, genosida yang terjadi di Palestina, dunia terdiam,” kata Dr Aliya Khan, seorang profesor kedokteran klinis dan anggota dewan Persatuan Organisasi Perawatan dan Bantuan Medis (UOSSM), yang memberikan bantuan medis di zona perang, dikutip dari Middle East Monitor.

“Jelas ada standar ganda dan ini salah. Kita harus bersuara untuk menyelamatkan semua nyawa, apapun etnisnya, apapun agamanya, apapun latar belakangnya dan struktur politiknya,” tambahnya.

Khan menyoroti tanggapan kontras dari komunitas global terhadap konflik di Ukraina dan Palestina yang menunjukkan kemunafikan pemerintah Barat dan standar ganda yang lazim. Maka dari itu, mereka mengutuk kelumpuhan PBB yang telah gagal dalam mengambil tindakan untuk mengatasi penderitaan dan kehancuran Palestina.

Bahkan dia menekankan pemboman harian di Gaza dan kebrutalan pembantaian harian yang terjadi di jalur Gaza sekitar 70 persen korban adalah wanita dan anak-anak. Anak-anak meninggal secara tragis dan mengerikan dengan cara dibakar, dipotong-potong, atau bahkan dihancurkan menggunakan bom.

Selain itu, situasi kemanusiaan yang mengerikan juga diperburuk oleh adanya blokade Israel terhadap persediaan makanan, air, dan obat-obatan yang menyelamatkan jiwa dan anak-anak yang sekarat karena dehidrasi, kelaparan, dan penyakit yang timbul di sana.

“Setiap anak berharga,” katanya.

NEXT: Wanita di Gaza diperkosa dan ditelanjangi

Membagikan
Exit mobile version