Kamis, Oktober 10


Jakarta

Di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, adalah salah satu pusat wisata sekaligus pusat cosplayer. Namun, para cosplayer dengan rupa hantu hingga super hero di sini tak asing menjadi objek kejaran aparat.

Baru-baru ini, rekaman video viral di sosial media memperlihatkan puluhan cosplayer di Jalan Asia Afrika. Mereka terlihat dikejar-kejar oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Diketahui, peristiwa itu ternyata hanya bagian dari adegan film.

Adapun hal itu sebenarnya adalah salah satu adegan scene film. Namun begitu, adegan kejar-kejaran dengan petugas bukan hal asing bagi para cosplayer.


Andi (46) salah satu cosplayer menceritakan pengalamannya bermain film dengan adegan yang sudah sering dialaminya. Andi mengungkapkan, dikejar petugas jadi makanan sehari-hari para cosplayer sebelum dilegalkan oleh pemerintah.

“Sebelum kita legal, pendiri komunitas ini kenyataannya seperti itu, kita sering ditangkap dan dikejar,” ungkap Andi saat ditemui detikJabar di Jalan Asia Afrika, Rabu (9/10/2024).

Lelah karena harus berurusan dengan petugas, Andi mengatakan para cosplayer menginginkan agar mereka bisa bekerja dengan nyaman tanpa takut dikejar petugas. Komunitas cosplayer kemudian mengajukan untuk dibuat legalitas bagi mereka.

“Setelah kondisinya mungkin capek atau gimana, kita mikir gimana caranya biar tenang. Makanya kita coba buat legalitas untuk komunitas di sini. Sekarang kita sudah legal karena sudah diatur dan dibina oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung,” ujarnya.

Pada adegan film yang videonya viral, Andi menuturkan saat itu para cosplayer termasuk dirinya diminta untuk melakukan adegan senatural mungkin. Dalam adegan itu, mereka diminta berlarian karena dikejar petugas.

“Kita cuma disuruh lari aja nanti ada yang ketangkep dan gitulah. Jadi seakan-akan natural seperti kejadian asli. Mungkin menurut produsernya dibuat adegan kaya dulu (waktu belum legal),” katanya.

Menurut Andi, film tersebut memang dibuat berdasarkan kisah dan pengalaman para cosplayer di Jalan Asia Afrika. Dia menyebut, seluruh cosplayer yang terlibat dalam film itu diatur dan ditentukan oleh komunitas.

“Ini dari komunitas, jadi kita diatur oleh komunitas siapa aja yang main komunitas yang atur. Film ini idenya dari komunitas,” ucap Andi.

Pendapatan Menurun

Meski kini telah legal dan dibina oleh pemerintah, namun para cosplayer mengungkap pendapatan mereka menurun jika dibandingkan sebelumnya. Hal itu karena ada aturan yang membatasi lokasi dan jumlah cosplayer di Jalan Asia Afrika.

“Kalau pendapatan ya lebih enak dulu sebelum legal. Kalau sekarang kita kan diatur, untuk tempatnya kemudian jumlah pemain. Karena di sini ada 3 komunitas kita dibatasi. Satu komunitas yang keluar satu hari cuma 15 karakter, jadi kalau 3 komunitas ya sehari 45 karakter,” jelas Andi.

Sementara satu komunitas menurut Andi, memiliki jumlah anggota lebih dari 40 karakter. Karena itu, dirinya tidak bisa setiap hari bekerja sebagai cosplayer karena harus bergantian dengan rekan-rekannya.

“Di weekend itu yang benar-benar kita kejar (pemasukannya), kita kurang karena dibagi setengah hari. Jadi kalau pendapatan justru berkurang, lebih besar sebelumnya, kita bisa main sampai Braga,” ungkapnya.

Meski begitu, Andi tetap bersyukur keberadaan mereka kini diakui. Meski pendapatan tidak sebesar dulu, mereka kini bisa bekerja dengan lebih tenang dan nyaman.

(wkn/wkn)

Membagikan
Exit mobile version