Minggu, Oktober 13

Jakarta

Ilmuwan komputer asal Inggris Profesor Demis Hassabis, memenangkan Nobel Kimia untuk pekerjaan revolusioner pada protein, blok pembangun kehidupan.

Hassabis yang berumur 48 tahun, mendirikan perusahaan kecerdasan buatan (AI) yang menjadi Google DeepMind. Dia adalah CEO perusahaan tersebut dan pernah dinobatkan sebagai CEO terpintar di dunia dalam riset oleh perusahaan teknologi Preply. Profesor John Jumper yang bekerja dengan Hassabis pada terobosan tersebut, berbagi penghargaan bersama dengan Profesor David Baker.

Penghargaan Nobel Kimia 2024 diberikan ke tiga ilmuwan itu yang menggunakan kecerdasan buatan atau AI untuk memecahkan kode dari hampir semua protein yang dikenal. Komite Nobel memuji David Baker, ahli biokimia AS, karena menyelesaikan prestasi yang hampir mustahil untuk membangun jenis protein yang sama sekali baru.


Adapun Demis Hassabis dan John Jumper dipuji karena mengembangkan model AI untuk memprediksi struktur kompleks protein, masalah yang belum terpecahkan selama 50 tahun. “Potensi penemuan mereka amat besar,” kata panitia saat penghargaan diumumkan di Swedia. Mereka berhak atas hadiah uang USD 1 juta.

Protein, serangkaian molekul asam amino, adalah bahan penyusun kehidupan, membantu membentuk sel rambut, kulit, dan jaringan. Protein membaca, menyalin, dan memperbaiki DNA dan membantu membawa oksigen dalam darah. Protein dibangun hanya dari sekitar 20 asam amino, tapi dapat dikombinasikan dengan cara hampir tak terbatas.

Hassabis dan Jumper mendapat penghargaan karena memakai AI untuk memprediksi struktur tiga dimensi protein dari urutan asam amino, memungkinkan mereka memprediksi struktur hampir semua 200 juta protein yang diketahui. Program AI mereka, AlphaFold Protein Structure Database, digunakan sedikitnya 2 juta peneliti di seluruh dunia.

Fungsinya sebagai semacam pencarian Google untuk struktur protein, menyediakan akses instan ke model protein yang diprediksi, mempercepat kemajuan dalam biologi fundamental dan bidang terkait.

Pemahaman lebih baik tentang protein mendorong terobosan besar dalam bidang kedokteran. Pemahaman ini digunakan untuk mengatasi resistensi antibiotik dan untuk mencitrakan enzim yang dapat menguraikan plastik. Hassabis mengatakan menerima Nobel adalah kehormatan seumur hidup.

“Saya mendedikasikan seluruh hidup saya untuk mengerjakan AI karena saya percaya pada potensinya untuk mengubah dunia,” katanya dalam konferensi pers.

Sebelum beralih ke protein, Hassabis dan Jumper pernah mengerjakan program komputer yang mampu mengalahkan pemain Go, permainan legendaris China.

“Selain menjadi salah satu peneliti paling pionir di bidang ini, Demis telah memperjuangkan visi AI sebagai pendorong yang dapat membuka tantangan besar sains dan memberi manfaat bagi seluruh masyarakat,” kata Adrian Smith, presiden Royal Society

Adapun Baker, akademisi di Universitas Washington, menggunakan metode komputerisasi untuk menciptakan protein yang sebelumnya tidak ada dan memiliki fungsi yang sama sekali baru. Johan Aqvist, anggota komite Nobel mengatakan berbagai protein yang diciptakan Baker benar-benar menakjubkan.

“Tampaknya Anda hampir dapat membangun semua jenis protein sekarang dengan teknologi ini,” kata Aqvist. Komite tersebut menyebut kemampuan membangun protein baru memiliki berbagai macam potensi penggunaan, mulai dari menciptakan obat-obatan baru hingga mengembangkan vaksin baru dengan lebih cepat.

(fyk/rns)

Membagikan
Exit mobile version