Rabu, Oktober 30

Jakarta

Microsoft tampaknya akan tetap merilis game eksklusif Xbox ke PlayStation dan Nintendo Switch. Hal itu tersirat dari surat cinta sang CEO, Satya Nadella.

“Akhirnya, kami menghadirkan empat judul favorit penggemar kami ke Nintendo Switch dan Sony PlayStation untuk pertama kalinya, seiring kami terus memperluas konten kami ke platform baru,” ujar Nadella, dilansir detikINET dari The Gamer, Selasa (29/10/2024).

Kendati demikian, pernyataan mereka akan terus memperluas konten Xbox ke platform baru tak menjelaskan secara detail, sampai kapan mereka akan melakukannya. Cuma memang, strategi multiplatform yang dilakukan Microsoft sejauh ini terbukti berhasil.


Sebab pada bulan Mei 2024, mantan game eksklusif Xbox berjudul Sea of Thieves, menjadi salah satu yang terlaris di PS5. Game ini mengalahkan game seperti Madden dan Call of Duty: Modern Warfare 3.

Hal lain yang perlu diperhatikan dari surat Nadella adalah fakta kesuksesan Microsoft, yang menghasilkan lebih dari USD 1 miliar atau sekitar Rp 15,7 triliun dari 20 game waralabanya. Namun di sini dirinya hanya menyebutkan beberapa game yang berkontribusi di antaranya Candy Crush , Diablo , Halo , World of Warcraft , Elder Scrolls , dan Gears of War . Tentu saja, Call of Duty juga mengambil peran tersebut, termasuk game balapan Forza turut menyumbang cuan yang cukup besar.

“Dengan akuisisi kami terhadap Activision Blizzard King, yang ditutup pada Oktober 2023, kami telah menambahkan ratusan juta pemain ke ekosistem kami. Kami sekarang memiliki 20 waralaba yang telah menghasilkan lebih dari USD 1 miliar dalam pendapatan seumur hidup,” ungkap Nadella.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, akuisisi Microsoft terhadap Activision menghabiskan banyak uang. Mereka membeli Activision senilai USD 68,7 miliar.

Namun awalnya akuisisi tersebut tak berjalan mulus, karena banyak pihak yang menentang, termasuk dari pihak regulator pemerintahan. Para regulator khawatir hal tersebut akan merusak persaingan usaha

Namun akhirnya Microsoft mengalahkan gugatan Federal Trade Commission di pengadilan federal Amerika Serikat, dan merestrukturisasi perjanjian akuisisi agar memenuhi persyaratan dari Competition and Markets Authority (CMA) di Inggris.

(hps/fay)

Membagikan
Exit mobile version