Jumat, Juni 28


Jakarta

Di media sosial viral cekcok antara pengguna sepeda dengan pengendara motor Nmax yang masuk jalur sepeda. Kenapa masih banyak pemotor serobot jalur sepeda?

Video viral itu dibagikan akun TikTok classy6548. Akun TikTok itu bilang, memang saat itu banyak pengendara motor yang menyerobot jalur sepeda tersebut. Namun, pemotor Nmax ini yang ngotot.

“Banyak motor yang lewat gw mah its okay karna pada bilang misi dan minta maaf dan gw bilang okay bang hati” nah sekian banyak nya motor nah maxim ini lah yang teriak dari ujung ngedim,” tulisnya di akun TikTok tersebut.


Lanjutnya, pengendara motor itu teriak-teriak sampai melakukan kontak fisik. Pesepeda tersebut terpancing emosinya dan memukul helm pemotor Nmax.

“Belum puas dia ambil sepeda gw lempar ke paha belakang gw, gw nahan sakit lagi dan akhirnya gw tendang motor nya.. sudah sampai situ banyak gojek yang tenangin gw,” sambungnya.

Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, mengatakan pelanggaran motor masuk jalur sepeda ini menjadi kebiasaan di masyarakat yang tidak menghargai pihak lain. Padahal, saling menghargai adalah upaya untuk menghindari cekcok di jalan raya. Sony bilang, salah satu alasan mengapa masih banyak pelanggaran pemotor masuk jalur sepeda adalah karena penegakan hukum yang tidak tegas.

“Salah satunya kurangnya pendidikan moral sih mentalnya rendah dan lemahnya penegakan hukum. Karena salah satu tindakan efektif membangun budaya adalah penegakan hukum yang tegas,” kata Sony kepada detikOto, Minggu (23/6/2024).

Sony mengatakan di tempat umum memang berisiko besar terjadi konflik jika tidak dibarengi dengan toleransi. Menurut Sony, menghargai pengguna jalan sesuai haknya adalah salah satu kunci untuk menghindari konflik.

“Ini yang lemah di masyarakat. Egosentris dengan alasan faktor capek, faktor ekonomi, faktor hak, harga diri, merasa paling benar dan lain dinomorsatukan. Padahal masalahnya sepele sehingga berujung konflik. Menghargai dan menghormati orang lain dengan tidak mengambil haknya dengan alasan apa pun itu salah satu kunci yang penting untuk menghindari konflik,” ucap Sony.

“Pertanyaan mendasarnya jika memilih konflik, untungnya apa? Kalau nggak ada, skip aja. Kasarnya, untuk apa menjadi bodoh dengan meladeni orang bodoh?” sambungnya.

Di sisi lain, instruktur safety driving di Rifat Drive Labs (RDL) dan Road Safety Commission Ikatan Motor Indonesia (IMI) Erreza Hardian memahami kondisi dari para pengemudi ojek online.

“Mereka secara sistem dipicu untuk terus berada di jalan agar gacor. Sistem justru membuat banyak dari mereka ‘terus’ bekerja juga tidak adanya self control yang baik dari mereka. Jaket mereka panas, helm tidak nyaman, asupan makanan dan minuman; alias mereka belum banyak dibekali kompetensi sebagai pengemudi ojek online yang memberikan pelayanan bukan sebagai pribadi,” kata Reza kepada detikOto, Minggu (23/6/2024).

Selain itu, Reza juga beranggapan seharusnya aturan mengenai jalur sepeda dibuat lebih fleksibel. Hal ini untuk menghindari cekcok antara sesama pengguna jalan.

“Contoh itu jalur sepeda kosong jam 13 lagi terik-teriknya; padat dong, kalau sisi lajur itu diisi dan kebetulan tidak ada sepeda secara regulasi salah, tapi secara defensive untuk mengurai kemacetan sisi jalan itu bisa digunakan oleh pemotor yang banyak itu berbagi jalan. Risiko terkendali dengan pemotor bisa berjalan pelan ada angin segar dan prinsip mereka ingin cepat dan sat set terpenuhi, tidak terjadi accident itu berkeselamatan kok,” sebutnya.

(rgr/din)

Membagikan
Exit mobile version