Selasa, Juli 2


Jakarta

Hiponatremia merupakan gangguan elektrolit pada seseorang karena kadar natrium (sodium) dalam darah cukup rendah. Dalam kondisi ini, biasanya seseorang akan mengalami kembung, sakit kepala, sulit berpikir jernih (brain fog), dan mual.

Para atlet yang sedang melakukan olahraga berat seperti sepak bola, marathon, atau triathlon berisiko terkena kondisi hiponatremia. Kondisi ini terjadi bisa karena konsumsi air putih yang lebih banyak daripada jumlah cairan yang dikeluarkan tubuh atau derasnya keringat yang keluar dan tidak disertai hidrasi yang baik.

Ketua Pengurus Pusat Indonesia Sport Nutritionist Association (PP ISNA) Dr Rita Ramayulis, DCN, M.Kes mengatakan air garam ternyata mampu mengurangi risiko para atlet terkena hiponatremia. Pasalnya, garam atau natrium klorida dapat mengganti mineral tubuh yang hilang ketika olahraga.


“Garam sendiri kan ikatannya natrium dan klorida, orang yang olahraga lari jauh ataupun triathlon itu akan mengeluarkan keringat sangat banyak. Nah yang hilang dari tubuh, dari keringat kita itu mineral terbesar dalam keringat kita adalah natrium klorida,” ujar Rita ketika dihubungi detikcom, Jumat (21/6/2024).

“Jadi, jika orang banyak mengeluarkan keringat maka natrium dan kloridanya akan turun dan dia cenderung mengalami hiponatremia. ini akan memengaruhi performa olahraganya,” lanjutnya.

Rita melanjutkan peran air garam tersebut akan menggantikan mineral yang hilang dari tubuh lewat keringat yang mengucur deras. Dirinya kembali mengingatkan jika komponen terbesar yang terkandung dalam keringat manusia adalah natrium klorida.

“Ketika dia minum mengonsumsi cairan lalu ditambahkan garam itu membantu untuk mengganti natrium klorida tersebut. Penambahan garam yang ditambahkan ke minuman seseorang saat berolahraga atau setelah berolahraga itu ternyata baik sekali terutama olahraganya mengeluarkan keringat banyak,” kata Rita.

“Sekali lagi komponen terbesar dari keringat manusia adalah natrium klorida,” tutupnya.

(kna/ath)

Membagikan
Exit mobile version