Sabtu, Januari 18


Jakarta

Setiap hidangan punya cara untuk mengonsumsinya sendiri yang sering diabaikan. Tetapi kalau salah makan yakitori di restoran ini pelanggan auto diusir!

Hidangan makanan yang disajikan tidak serta merta muncul begitu saja. Melainkan adanya pengaruh budaya dan cara menyiapkan yang kemudian menentukan cara makannya.

Namun sebagian orang yang tak mau ambil pusing tak pernah memerhatikan aturan ini. Pun tak ada aturan hukum tertulis untuk menikmati sebuah makanan.


Tetapi ada restoran yang punya peraturan unik. Siapapun pelanggan yang datang untuk makan yakitori di sini, jika salah cara makannya harus siap menanggung konsekuensi.

Naca juga: Banyak Pilihan! 5 Tempat Makan Enak di Tebet, Bakmi hingga Warteg Kalcer

Ada cara makan unik nan ketat di restoran yakitori di Jepang. Foto: The Mainichi

Melansir The Mainichi (12/1) perdebatan cara makan yakitori yang mirip sate masih membingungkan banyak orang. Ada yang langsung menggigitnya dari tusukan dan ada juga yang melepaskannya dari tusukan terlebih dahulu.

Shusse Sakaba Daitoryo di Tokyo, Jepang mengedukasi pelanggannya untuk makan yakitori dengan benar. Mereka menyuruh para pelanggan untuk tidak melepaskan daging dan makan langsung dari tusukan yakitori itu sendiri.

“Tolong makan langsung dari tusukan satenya. Kalau kamu melepaskan dagingnya dari tusukan, pergilah ke restoran yakiniku!” tulis poster di sudut restoran yang mengingatkan pelanggan dengan keras.

Ternyata di balik penekanan aturan makan tersebut, pemiliknya yang bernama Makoto Sawazaki punya alasan sendiri. Ia mengatakan sebenarnya aturan makan yakitori berbeda di setiap restoran yang menyajikan.

Pelanggan yang makan yakitori dengan cara dilepas dari tusukannya bisa diusir. Foto: The Mainichi

“Persiapan dengan menusuk daging ke bambu adalah proses yang penting untuk membuat yakitori. Bagiku ketika seseorang melepaskannya dan tidak langsung makan dari tusuk satenya membuat hal tersebut sia-sia,” lanjut Sawazaki.

Adapun mereka juga secara khusus ingin memberikan kesan pertama dengan indah pada potongan paling ujung yakitorinya. Sehingga larangan melepas potongan dagingnya akan meminimalisir pelanggan menyantapnya secara acak.

Sawazaki juga menyadari keluhan bahwa seringkali yakitori memiliki potongan yang terlalu besar atau terlalu kecil. Hal ini telah dipertimbangkan dengan matang menggunakan potongan daging yang pas sekali suap.

Selain melarang pelanggan melepaskan daging dari tusuk sate, pria yang telah mengelola bisnis restoran sejak 15 tahun silam melarang ada makanan yang disisakan. Ia tak ragu untuk mengenai denda Rp 100.000 per tusuk jika ada makanan yang terbuang percuma.

(dfl/odi)

Membagikan
Exit mobile version