Kamis, Mei 16

Jakarta

Cadangan helium berskala raksasa telah ditemukan ratusan meter di bawah Bumi di lokasi pengeboran di Minnesota, Amerika Serikat.

Kandungan helium ditemukan pada dini hari 28 Februari 2024 oleh Pulsar Helium. Saat mengebor sumur eksplorasi, mereka menemukan konsentrasi 12,4% helium pada kedalaman antara 533 hingga 671 meter.

“Ada banyak teriakan, banyak pelukan dan tos merayakan penentuan ini. Senang mengetahui semua upaya kami berhasil,” kata Thomas Abraham-James, presiden dan CEO Pulsar Helium, dikutip dari CBS News, Selasa (16/4/2024).


“12,4% hanya mimpi. Sempurna sekali,” imbuhnya.

Helium membentuk sekitar 0,0005% atmosfer Bumi, namun sebagian besar bersumber dari simpanan gas alam di dalam tanah, yang terbentuk sebagai hasil peluruhan radioaktif unsur-unsur berat jauh di dalam Bumi.

Sebagai gas, helium terkenal karena sifatnya yang lebih ringan dari udara, sehingga memungkinkan balon melayang. Namun gas ini tidak hanya digunakan untuk mengembangkan balon. Helium memiliki beragam kegunaan penting dalam bidang medis, ilmiah, dan teknik, termasuk pembuatan semikonduktor, penumbuk partikel berenergi tinggi, dan reaktor nuklir.

Sifatnya yang paling berguna adalah kemampuannya untuk tetap dingin. Helium memiliki titik didih terendah dari semua unsur pada -268,9°C menjadikannya bahan kimia yang ideal untuk mendinginkan bahan yang menjadi sangat panas, seperti magnet superkonduktor dalam mesin MRI.

Untuk diketahui, hampir sepertiga dari seluruh helium global digunakan dalam mesin MRI, menjadikannya sumber daya yang sangat berharga bagi komunitas medis.

Secara global, AS dan Qatar memimpin dalam produksi helium, dan hanya sedikit negara lain yang mampu menyamai produksinya. Namun, beberapa tahun terakhir terjadi kekurangan pasokan helium. Ketika kekurangan kronis terjadi , hal ini dapat memberikan tekanan besar pada beberapa layanan berbeda, terutama para profesional medis yang bekerja dengan mesin MRI.

Kecuali kita menemukan cadangan helium baru yang signifikan, atau mengembangkan cara untuk memproduksinya secara andal, dunia kemungkinan akan kehabisan helium dalam satu atau dua abad mendatang.

Penemuan terbaru di Minnesota ini belum akan memasuki rantai pasokan global. Kini ada alasan bagus untuk mencurigai adanya cadangan yang layak di sini, pihak ketiga yang independen akan menyelidiki temuan tersebut, dan studi kelayakan akan digunakan untuk melihat apakah cadangan tersebut dapat mendukung pabrik ekstraksi helium skala penuh.

Simak Video “RS Brawijaya Jelaskan soal Heboh Asap Tebal Muncul dari Ruang Radiologi
[Gambas:Video 20detik]

(rns/rns)

Membagikan
Exit mobile version