Sabtu, September 28


Jakarta

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bercerita, dirinya yang pernah mendapatkan pesan berisi tawaran pinjaman online (pinjol). Pesan tersebut kerap diterimanya melalui berbagai media, salah satunya SMS di handphone.

Menurutnya, gadget bisa menjadi teman sekaligus ancaman bagi masyarakat. Apabila masyarakat tidak teredukasi dengan baik, bisa-bisa terjebak dengan penawaran-penawaran investasi bodong hingga pinjaman online ilegal yang masuk melalui pesan-pesan tersebut.

“Masif sekali sekarang itu offering berbagai hal. Anda lihat saja SMS Anda itu, banyak sekali. BPKP Anda bisa dipakai untuk ini. Anda tanya, ibu dapat nggak itu? Dapat saya juga. Saya ditawari pinjaman tiap hari. Sama kayak ibu-ibu,” kata Sri Mulyani dalam acara Edukasi Keuangan BUNDAKU OJK di Gedung Dhanapala, Jakarta Pusat, Selasa (25/6/2024).


“Jadi kalau kita sendiri tidak punya pertahanan, and then kita lah yang kemudian menjadi korban, kita tuh target,” sambungnya.

Sri Mulyani mengingatkan bahwa gadget yang kita miliki tidak bisa screening atau memeriksa secara otomatis mana pesan yang berupa scam atau penipuan. Apabila tidak waspada, maka bisa-bisa masyarakat menjadi korbannya.

“Jadi pertahanannya ada di mana sekarang? Pertahanannya ada di dalam kepala dan hati Anda. Karena gadget ini jadi teman dan sekaligus dia ancaman,” ujarnya.

Karena itulah, ia mengaku senang mendengar bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Dewan Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen terus menggencarkan program-program literasi dan inklusi keuangan. Hal ini termasuk juga dengan membuat program yang khusus menyasar perempuan.

“Perempuan itu menjadi salah satu strategic constituent yang sangat penting di dalam menciptakan awareness atau kesadaran mengenai pentingnya opportunity, yaitu kesempatan untuk maju menggunakan teknologi digital, dan juga dari sisi menjaga diri sendiri maupun keluarga serta masyarakat,” kata dia.

Menurutnya dengan begitu, masyarakat akan mampu menghadapi perubahan yang bergerak begitu cepat di dalam era digitalisasi seperti sekarang ini. Harapannya, dapat terus menciptakan human capital yang positif dan cepat beradaptasi. Ia juga mengingatkan agar ibu-ibu sebagai bendahara rumah harus berpikir kritis.

“Ibu-ibu sekalian setiap hari makin punya tabungan, arisanya makin gede, pasti makin banyak penawaran. Jadi hati-hati, bendaharanya siapa? Saya sebagai bendahara negara, kalau bendahara negara dikit-dikit, bu ada tawaran, terus meleleh, ya susah. Bendahara negara harus critical thinking-nya. Pokoknya kalau makin datangnya dengan tawaran yang melimpah-limpah, Anda langsung tahu itu pasti menipu,” tegasnya.

Sri Mulyani menambahkan, menyangkut literasi hal paling penting ialah insting harus tau bottom line atau landasannya. Kedua, paham atau mampu berpikir logis dalam menilai penawaran-penawaran yang diberikan. Apabila ada penawaran yang istilahnya terlalu indah, jangan mudah terperdaya.

“Jadi begitu ada penawaran yang terlalu bagus dan indah, cek satu kali, dua kali, tiga kali, empat kali, kalau perlu sepuluh kali dicek. Baru Anda akan tahu apakah ini benar atau nggak. Dan kemudian Anda mulai berpikir secara rasional. Saya rasa itu adalah bagian yang paling penting bagi ibu-ibu yang nanti akan menjadi duta literasi,” ujar dia.

(shc/kil)

Membagikan
Exit mobile version