Kamis, Februari 27

Jakarta

Bursa kripto Bybit menjadi korban serangan siber, dan menelan kerugian mencapai USD 1,5 miliar atau sekitar Rp 24,4 triliun, alias yang terbesar sepanjang sejarah.

Bybit menyebut ada hacker yang mengambil alih sebuah dompet Ethereum (ETH) pada Jumat (21/2) lalu dan mentransfer ETH senilai USD 1,5 miliar ke sebuah akun yang tak dikenali, demikian dikutip detikINET dari Channel News Asia, Senin (24/2/2025).

Menurut CEO Bybit Ben Zhou, dompet ETH yang sudah lama tak aktif itu satu-satunya yang menjadi target si hacker, dan semua dompet kripto lain diklaim aman dan proses penarikan bisa berlangsung normal.


“Semua dana klien aman, dan operasional kami berlanjut seperti biasa tanpa ada gangguan,” tulis Bybit dalam keterangannya.

Mereka juga menyebut tim keamanan Bybit bersama ahli forensik tengah menginvestigasi insiden tersebut.

“Bybit tetap bisa mencairkan sekalipun kerugian akibat peretasan ini tidak bisa dikembalikan. Semua aset klien terjaga 1 banding 1, kami bisa mengembalikan semua kerugian,” kata Zhou.

Perusahaan analitik blockchain bernama Arkham Intelligence dan Elliptic, serta analis blockchain ZachXBT melacak keberadaan ETH yang dicuri itu, dan hasil pelacakannya mengarah ke Lazarus Group, geng hacker asal Korea Utara.

Lazarus Group adalah geng hacker kawakan yang sudah disanksi oleh Amerika Serikat, dan kabarnya dikelola oleh Reconnaissance General Bureau, badan intelijen milik Korea Utara.

Geng hacker ini disebut ada di balik ransomware WannaCry yang sempat membuat heboh beberapa tahun lalu, meretas banyak bank internasional, serta ada di balik serangan siber ke Sony Pictures Entertainment pada tahun 2014.

Seperti diketahui, peretasan kripto yang terkait Korea Utara nilainya sudah berlipat ganda antara tahun 2023 hingga 2024, menjadi USD 1,3 miliar.

(asj/asj)

Membagikan
Exit mobile version