Minggu, Desember 29


Jakarta

Ketakutan akan perang nuklir ataupun bencana mengerikan membuat para orang kaya belakangan banyak berbondong-bondong membeli bunker. Namun demikian, pakar berpendapat ada masalah besar mengenai bunker semacam itu.

Tempat perlindungan semacam itu dinilai tidak lebih dari sekadar mekanisme pertahanan psikologis bagi orang kaya. Mereka ingin merasakan sedikit kendali di dunia yang tidak dapat diprediksi. Padahal dalam jangka panjang, bunker pun tidak dapat melindungi mereka.


Seperti dilaporkan Associated Press, bisnis bunker bernilai USD 137 juta tahun lalu dan diperkirakan tumbuh jadi USD 175 juta akhir dekade ini. Namun tempat perlindungan ini lebih banyak mengatasi kecemasan dari realitas akibat nuklir. Bagaimanapun, pemiliknya pada akhirnya tetap harus merangkak keluar dari bunker dan menghadapi situasi mengerikan di permukaan.

“Bunker sebenarnya bukan alat untuk bertahan hidup dari perang nuklir, tetapi alat untuk memungkinkan populasi secara psikologis menanggung kemungkinan perang nuklir,” jelas Alicia Sanders-Zakre dari International Campaign to Abolish Nuclear Weapons.

Radiasi setelah ledakan adalah imbas senjata nuklir yang sangat mengerikan. Bahkan mereka yang selamat takkan bisa lepas dari efek kesehatan yang berlangsung lama seperti yang terlihat di Chernobyl setelah reaktornya meleleh hampir 40 tahun silam. Dan itu belum memperhitungkan kelaparan, kehausan, dan hancurnya tatanan sosial.

“Pada akhirnya, satu-satunya solusi untuk melindungi populasi dari perang nuklir adalah dengan menghilangkan senjata nuklir,” tambahnya yang dikutip detikINET dari Futurism.


Simak Video “Kim Jong Un Tuding AS Coba Dorong Perang Nuklir di Perairan Korea
[Gambas:Video 20detik]

Membagikan
Exit mobile version