Senin, Januari 27


Jakarta

Lebih satu dekade, akhirnya bunga bangkai mekar di Sydney. Bunga dengan aroma menyengat ini menarik perhatian ribuan mata yang datang.

Diberitakan Reuters, Sabtu (24/1/2025) Royal Botanic Garden Sydney diserbu ribuan orang yang penasaran amorphophallus titanum atau yang dikenal sebagai bunga bangkai di Indonesia. Bunga mekar butuh waktu bertahun-tahun dan tidak ada yang tahu waktu pasti mekarnya. Dan bunga ini mekar hanya selama 24 jam saja.

Bunga ini belum pernah mekar di Sydney sejak 2010. Tentu momen ini sangat berharga bagi warga Sydney.


Bunga bangkai di Royal Botanical Gardens in Sydney, Australia, Thursday, Jan. 23, 2025. (AP Photo/Rick Rycroft) Foto: AP/Rick Rycroft

Saat kelopak bunga yang dinamai Putricia mulai mekar pada Kamis sore, antrean mengular. Bahkan pengunjung rela menunggu hingga tiga jam.

“Fakta bahwa bunga ini sangat besar, butuh waktu lama untuk mekar, dan baunya sangat busuk benar-benar menarik perhatian orang,” kata kepala ilmuwan Sydney Botanic Gardens, Brett Summerell.

“Saya menyamakan baunya dengan possum yang mati,” tambahnya.

Penduduk Sydney Rebecca McGee-Collett, yang menunggu selama 90 menit untuk melihat bunga tersebut pada Kamis malam. Dia mengatakan bunga itu indah tetapi baunya seperti sampah.

Pada November 2024 lalu, bunga bangkai juga mencuri perhatikan Kota Geelong, Australia. Warga berbondong-bondong ke Kebun Raya Geelong untuk melihat bunga busuk ini.

Bunga bangkai di Sydney Foto: AP/Rick Rycroft

Bahkan kebun raya sampai melakukan siaran langsung untuk menunjukkan kepada orang-orang yang tak sempat datang ke kebun raya.

Bunga bangkai merupakan tanaman ini asli Indonesia dan terdaftar sebagai ‘terancam punah’ dalam Daftar Merah Spesies Terancam IUCN. Habitat aslinya di hutan Sumatera telah dirusak oleh degradasi lahan dan penggundulan hutan, dengan sebagian besar lahan diubah menjadi perkebunan untuk kayu, kertas atau kelapa sawit.

Informasi nih untuk traveler, tanaman ini dapat hidup selama 30 hingga 40 tahun yang berarti hanya berbunga beberapa kali sepanjang hidupnya. IUCN memperkirakan hanya ada beberapa ratus tanaman ini yang tersisa di alam liar.

Saat ini tanaman ini dilindungi secara hukum di Indonesia, dan puluhan kebun raya di seluruh dunia menanam tanaman ini untuk mendukung konservasinya.

(sym/sym)

Membagikan
Exit mobile version