Rabu, Maret 5

Jakarta

Lonjakan suhu global yang tidak terduga sejak 2023 telah membantu memicu serangan bencana terkait yang tiada henti di seluruh dunia, termasuk yang terbaru, kebakaran hutan dan lahan di Los Angeles, California, Amerika Serikat (AS) dan banjir mematikan di Valencia, Spanyol, yang membuat para peneliti berlomba mencari penjelasan.

Data dari lautan dunia kini mengungkap bahwa percepatan pemanasan permukaan laut yang mengkhawatirkan kemungkinan turut berkontribusi. Sebuah studi baru dari University of Reading di Inggris menemukan bahwa permukaan laut kita memanas empat kali lebih cepat dibandingkan di akhir 1980-an.


[Gambas:Twitter]

Teori-teori yang dikemukakan mencakup peningkatan uap air yang memerangkap panas dari letusan Hunga Tonga-Hunga Ha’apai tahun 2022, penurunan aerosol pendingin permukaan dari perubahan regulasi pengiriman pada 2020, dan aktivitas puncak dalam siklus mMtahari saat ini yang mengirimkan lebih banyak panas ke Bumi.

Tetapi meski digabungkan, alasan-alasan ini tidak dapat sepenuhnya menjelaskan suhu yang diamati. Karenanya, ahli meteorologi Chris Merchant dan rekannya menggunakan catatan data satelit sejak 1985 untuk menghitung perubahan laju pemanasan permukaan laut.

Dalam studi yang dipublikasikan dalam Environmental Research Letters, mereka menemukan bahwa laju pemanasan yang mendasar adalah sekitar 0,06 °C di 80-an, tetapi sekarang meningkat menjadi 0,27 °C per dekade. Tim mencatat bahwa ini bukanlah peningkatan linear, tetapi peningkatan yang semakin cepat.

Meskipun sebagian dari kelebihan panas itu memang disebabkan oleh El Niño baru-baru ini, para peneliti memperkirakan bahwa sekitar 44%-nya disebabkan oleh lautan yang menyerap panas jauh lebih cepat daripada yang diantisipasi selama dekade terakhir.

“Jika lautan adalah bak air, maka pada 1980-an, keran air panas mengalir perlahan, memanaskan air hanya sepersekian derajat setiap dekade. Namun sekarang keran air panas mengalir jauh lebih cepat, dan pemanasan telah meningkat pesat,” jelas Merchant, dikutip dari Science Alert.

Tim memperingatkan bahwa jika tren ini terus berlanjut, hanya dalam 20 tahun ke depan, kita akan melampaui kenaikan suhu permukaan laut yang pernah kita alami dalam 40 tahun terakhir.

“Hal ini membuat pertanyaan penting tentang apa yang menyebabkan tren ketidakseimbangan energi Bumi belum terjawab,” tulis mereka.

Dengan semua energi berlebih yang telah memusnahkan satwa liar secara massal, menyebabkan jutaan orang kelaparan akibat tanaman pangan yang hancur, dan memperburuk penyakit dan kondisi kesehatan lainnya, sulit untuk membayangkan seberapa buruk keadaan ini akan segera terjadi.

“Para pembuat kebijakan dan masyarakat luas harus menyadari bahwa laju pemanasan global selama beberapa dekade terakhir merupakan panduan yang buruk untuk perubahan yang lebih cepat yang mungkin terjadi selama beberapa dekade mendatang, yang menggarisbawahi urgensi pengurangan besar dalam pembakaran bahan bakar fosil,” tulis Merchant dan rekan-rekannya.

Para ilmuwan yang prihatin telah menyusun rencana demi rencana untuk mencoba dan mengarahkan biosfer hidup kita yang tenggelam kembali ke tempat yang aman. Selama beberapa dekade manusia sebenarnya telah mengetahui apa yang perlu dilakukan, namun industri bahan bakar fosil yang disubsidi terus memperburuk situasi.

Setiap hal kecil yang dapat kita lakukan untuk mengurangi emisi bahan bakar fosil sekarang akan menyelamatkan kehidupan di masa depan, terlepas dari titik mana kita berada di sepanjang garis waktu yang gelap ini.

(rns/rns)

Membagikan
Exit mobile version