Rabu, Januari 8

Jakarta

Tersembunyi di bawah ombak, terdapat keajaiban yang menyaingi hutan hujan Amazon dalam hal kekayaan ekologi dan kepentingan global: The Coral Triangle atau Segitiga Terumbu Karang.

Dunia bawah laut yang tersebar di enam negara di kawasan Pasifik ini merupakan surga bagi berbagai spesies laut, sehingga mendukung kehidupan jutaan orang dan bisnis.

Dikenal sebagai Amazon Lautan, Segitiga Terumbu Karang merupakan rumah bagi keajaiban yang menginspirasi para ilmuwan, penyelam, dan pelestari lingkungan serta menghadapi dunia dengan berbagai masalah yang memerlukan perhatiannya.


Harta Karun Global

Segitiga Terumbu Karang merupakan wilayah laut yang luas di Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Timor-Leste. Membentang seluas 5,7 juta kilometer persegi, atau setengah dari luas Amerika Serikat, wilayah ini merupakan rumah bagi 75% dari semua jenis karang di dunia. Wilayah ini menyediakan habitat bagi lebih dari 3.000 spesies ikan, jauh lebih banyak daripada wilayah laut lainnya.

Dikutip dari Riazor The Momen, kawasan ini bukan hanya cagar alam, tetapi juga basis penting bagi pendapatan masyarakat. Lebih dari 120 juta orang memperoleh manfaat dari Segitiga Terumbu Karang melalui penangkapan ikan, pariwisata, atau ketahanan pangan.

Selain kepentingan ekonominya, kawasan ini juga menyediakan layanan ekologi, seperti pertahanan terhadap gelombang badai, yang membuatnya penting bagi masyarakat pesisir. Namun, lokasinya yang terpencil juga merugikan, karena sebagian besar pemandangan lautnya yang indah masih belum dipetakan.

Para pecinta alam akan senang menjelajahi Segitiga Terumbu Karang. Kawasan ini menghadirkan kesempatan langka untuk menyelam, bersnorkel, dan melakukan aktivitas lain seperti konservasi, yang menjadikannya tempat yang sempurna bagi para pelancong.

Terumbu karang dan airnya penuh dengan kehidupan dan airnya jernih. Tempat ini ideal bagi mereka yang ingin mengenal kehidupan laut, termasuk ikan pari manta dan penyu laut.

Tantangan Ancam Keajaiban Bawah Laut

Meskipun Segitiga Terumbu Karang merupakan keajaiban alam, kawasan ini bukannya tanpa ancaman. Konsumsi makanan laut internasional yang tinggi telah mendistorsi keseimbangannya yang rapuh melalui penangkapan ikan yang berlebihan.

Penangkapan ikan dengan sianida dan dinamit, misalnya, merusak terumbu karang, yang merupakan struktur yang tumbuh lambat dan mungkin memerlukan waktu lama untuk tumbuh kembali. Metode-metode tersebut juga berdampak negatif terhadap lingkungan dan merusak standar hidup yang terkait dengan praktik penangkapan ikan yang berkelanjutan.

Penambangan dan eksplorasi minyak yang tidak terkendali memperburuk masalah di wilayah tersebut. Proses industri berdampak pada ekosistem, air tercemar, dan kehidupan laut terancam. Selain itu, pembangunan pesisir tidak mempertimbangkan kepekaan wilayah dan satwa liar, dan hal itu mengubah lingkungan.

Tak hanya itu, perubahan iklim pun menjadi tantangan terbesar di atas semua ini. Saat suhu laut meningkat, karang berubah putih, dan badai serta pengasaman air membahayakan kehidupan laut. Jika tren saat ini terus berlanjut, Segitiga Terumbu Karang akan segera kehilangan statusnya sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati laut dan pesisir terpenting di dunia.

Dalam konteks ini, ada harapan untuk pariwisata berkelanjutan. Segitiga Terumbu Karang secara bertahap berkembang menjadi situs ekowisata penting yang tampaknya dituju oleh penyelam, peselancar, dan wisatawan lainnya.

Situs-situs seperti portal pariwisata untuk Segitiga Terumbu Karang berupaya menciptakan pariwisata yang bertanggung jawab. Wisatawan dapat berenang di tempat menyelam yang belum tersentuh, bertemu orang-orang, dan menjadi bagian dari proses yang membantu menyelamatkan kawasan tersebut.

Bisnis pariwisata di Bali hingga Raja Ampat misalnya, harus disetujui berdasarkan standar keberlanjutan yang tinggi untuk memastikan bahwa bisnis tersebut berdampak positif terhadap lingkungan.

Berbagai upaya untuk meningkatkan kesadaran sedang dilakukan di seluruh dunia. Kesadaran akan Segitiga Terumbu Karang diciptakan dengan menceritakan kisah-kisah sukses dan kisah-kisah sulitnya, yang menarik para pembuat kebijakan dan konservasionis. Dalam pariwisata, pembangunan berkelanjutan juga berfokus pada perlindungan ekosistem dan dukungan bagi penduduk setempat.

Segitiga Terumbu Karang disebut sebagai Amazon kedua di Bumi, yang membuktikan bahwa planet ini sangat beragam. Segitiga Terumbu Karang mendukung kehidupan jutaan orang di enam negara dan berkilauan dengan keindahan alam. Namun, seperti halnya di daratan, tekanan yang meningkat memerlukan perhatian.

Penghijauan, penangkapan ikan, dan pariwisata yang bertanggung jawab memungkinkan upaya-upaya di masa depan untuk melestarikan sumber daya alam bawah laut ini hingga potensi maksimal.

(rns/afr)

Membagikan
Exit mobile version