Jumat, Oktober 25

Jakarta

Kita mungkin pernah mengeluh ketika mengalami hujan berhari-hari tak kunjung berhenti. Ketahuilah, itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan peristiwa hujan lebat selama dua juta tahun di zaman Carnian.

Semuanya dimulai sekitar 232 juta tahun yang lalu. Saat itu, seperti biasanya hujan lebat terjadi setelah musim panas berkepanjangan. Namun, intensitas hujan semakin lebat dan terjadi terus menerus tanpa berhenti.

“Di masa itu, benua-benua di planet ini terhimpit ke dalam superbenua Pangaea yang sudah rentan terhadap musim hujan. Suhu laut mirip dengan ‘sup panas’,” kata peneliti paleoenvironment Paul Wignall dikutip dari New Scientist.


Artinya, saat itu sudah ada banyak uap air yang bertebaran di udara untuk menciptakan musim hujan. Jadi, apa yang memicu cuaca menjadi lebih basah?

Tidak seperti akhir musim panas yang biasanya, beberapa orang berpendapat bahwa hal itu disebabkan oleh serangkaian letusan gunung berapi besar yang terjadi di Wrangellia Terrane, yang saat ini berada di sepanjang pantai Alaska dan British Columbia.

Letusan gunung berapi diketahui mengacaukan tingkat uap air di stratosfer, dan menurut ahli geosains Jacopo Dal Corso, letusan Wrangellia mencapai puncaknya selama masa Carnian.

“Saya mempelajari tanda geokimia letusan beberapa tahun lalu dan mengidentifikasi beberapa dampak besar pada atmosfer di seluruh dunia,” kata Dal Corso.

“Letusannya sangat besar, mengeluarkan sejumlah besar gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan terjadi lonjakan pemanasan global,” ujarnya.

Salah satu konsekuensi dari semua hujan ini diperkirakan adalah periode peningkatan kepunahan bagi kehidupan di Bumi pada saat itu, khususnya bagi makhluk laut seperti amonoid, konodon, dan krinoid. Tetapi hal ini mungkin juga telah menyiapkan panggung bagi kehidupan baru, khususnya yang berkaitan dengan dinosaurus.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Journal of the Geological Society, satu tim peneliti menulis bahwa setelah kepunahan besar-besaran tanaman dan herbivora utama di daratan, dinosaurus tampaknya menjadi penerima manfaat utama pada masa pemulihan, berkembang pesat dalam hal keanekaragaman, dampak ekologi (kelimpahan relatif) dan distribusi regional, dari Amerika Selatan awalnya, ke semua benua.

Bukti Hujan Dahsyat

Bukti pertama dari peristiwa hujan lebat Carnian datang dari para ahli geologi pada tahun 1980-an, terutama ilmuwan Inggris Alastair Ruffell dan Michael Simms. Ruffell telah mengidentifikasi garis abu-abu yang membentang melalui batu merah Bukit Lipe di Somerset, sebuah fitur yang menunjukkan wilayah tersebut telah berubah dari periode kekeringan yang parah menjadi sangat basah.

Akan tetapi, ketika Ruffell dan Simms menerbitkan sebuah penelitian yang mengatakan hal serupa, ada pula bukti dari Jerman, AS, dan Himalaya, hal itu tidak ditanggapi dengan serius.

“Saya ingat satu atau dua akademisi senior menganggap ini adalah ide yang tidak masuk akal,” kata Simms.

Sementara Ruffell dan Simms beralih ke hal lain, selama bertahun-tahun, bukti yang mendukung teori mereka perlahan mulai terkumpul. Sekarang, bidang penelitian ini begitu populer bahkan ada konferensi yang didedikasikan untuk itu.

(rns/rns)

Membagikan
Exit mobile version