Sabtu, September 28

Jakarta

Dalam beberapa pekan lagi atau tepatnya awal bulan Oktober, masyarakat akan disuguhkan fenomena alam berupa Gerhana Matahari Cincin. Tidak semua wilayah di Bumi dapat mengamati peristiwa tersebut. Wilayah Indonesia bagaimana?

Gerhana Matahari Cincin akan berlangsung pada 2 Oktober 2024. Ketika itu terjadi, Bulan akan menutup Matahari pada siang hari sehingga menutupi cahaya yang sampai ke Bumi. Area yang terdampak akan seperti malam untuk sementara waktu.

Seperti dilansir dari Space, Rabu (25/9/2024) Gerhana Matahari Cincin ini akan melintasi Samudera Pasifik dan Amerika Selatan bagian selatan. Pada titik terbesar pengamatan terjadi di samudera Pasifik, dimana Bulan akan menutupi 93% Matahari kemudian menciptakan ‘cincin api’ selama 7 menit dan 25 detik.


Gerhana Matahari Cincin ini memiliki lintasan yang panjang dan lebar, terbit di sebelah selatan Hawaii di Samudra Pasifik Utara dan terbenam di sebelah utara Georgia Selatan di Samudra Atlantik Selatan.

Perjalanan tersebut menempuh jarak 14.163 kilometer, dengan lintasan selebar antara 265 hingga 331 km. Sangat sedikit yang melintasi daratan, hanya Rapa Nui (Pulau Paskah) dan bagian selatan Chili dan Argentina di Amerika Selatan yang berada dalam lintasan cincin tersebut.

Gerhana Matahari Cincin 2 Oktober 2024 dinilai istimewa, karena gerhana ini terjadi setelah Gerhana Besar Amerika Utara pada 8 April lalu, sehingga minat terhadap gerhana matahari seharusnya tinggi, dan banyak pemburu gerhana akan bepergian untuk melihatnya.

Kemudian, gerhana kali ini juga terbilang lama, dengan cincin api yang berlangsung hingga 7 menit 25 detik. Itu jauh lebih lama dari 4 menit 52 detik yang mungkin terjadi di AS selama Gerhana Matahari Cincin terakhir pada 14 Oktober 2023.

Terakhir, tempat terbaik untuk menyaksikan peristiwa ini adalah destinasi yang benar-benar ikonik, yakni Rapa Nui yang juga disebut Pulau Paskah.

Dilihat dari lintasannya, itu artinya, masyarakat Indonesia tidak bisa menyaksikan langsung proses detik-detik Matahari tertutupi oleh Bulan. Meski begitu, dengan kemajuan teknologi, detikers di Indonesia bisa melihatnya secara online lewat live streaming yang biasanya dilakukan NASA.

(agt/fay)

Membagikan
Exit mobile version