Jakarta –
Terungkap fakta stok motor listrik menumpuk di dealer usai subsidi pembelian belum mendapat kepastian dari pemerintah. Namun ternyata ada beragam faktor lain yang bikin motor listrik belum diminati.
Sepeda motor diandalkan oleh pekerja di sektor non formal maupun formal. Pengamat Otomotif dari ITB, Yannes Pasaribu mengungkapkan daya beli masyarakat yang menyusut pada tahun ini akibat stagnasi ekonomi makro Indonesia, juga sangat mempengaruhi keputusan untuk membeli motor listrik.
“Ekonomi Indonesia, terutama di kalangan kelas menengah ke bawah, sedang mengalami tekanan,” kata Yannes kepada detikOto, Jumat (7/2/2025).
“Meningkatnya biaya hidup, inflasi, dan ketidakpastian ekonomi membuat banyak konsumen memilih untuk menunda pembelian kendaraan baru, apalagi yang harganya lebih tinggi seperti motor listrik. Hal ini menyebabkan penurunan signifikan dalam penjualan motor listrik,” jelas dia.
Yannes melanjutkan untuk membeli motor listrik yang sesuai dengan motor bensin dinilai masih mahal.
“Tanpa adanya kebijakan yang jelas dan insentif yang pasti, masyarakat low segment ini akan memakai rasionalitasnya dengan memilih untuk tetap menggunakan kendaraan yang lebih terjangkau,” kata Yannes.
Dengan mengendarai sepeda motor, mereka lebih bisa mengatur waktu. Kalau menggunakan motor listrik, mereka bisa direpotkan dengan urusan mengisi ulang daya baterai.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bicara kemungkinan subsidi Rp 7 juta untuk setiap pembelian unit kendaraan motor listrik diperpanjang di 2025. Subsidi ini diberikan guna mendukung percepatan adopsi kendaraan listrik di Indonesia.
“Subsidi (motor listrik) harusnya masih tetap,” kata Airlangga kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Jumat (7/2/2025).
Meski ada pertimbangan kebijakan efisiensi anggaran, Airlangga menyebut program itu sudah mendapatkan persetujuan sehingga tidak akan terganggu.
Motor listrik sudah mendapat guyuran insentif dari pemerintah tapi penjualannya jauh dari target. Skema bantuan pemerintah dengan potongan Rp 7 juta tidak diserap baik oleh pasar.
Sebanyak 11.532 unit motor listrik yang kena diskon Rp 7 juta sudah tersalurkan pada 2023. Padahal pemerintah menyiapkan kuota 200 ribu unit.
Kecilnya serapan kuota motor listrik dengan insentif itu bikin pemerintah memotong kuota pada tahun selanjutnya. Semula dalam Permenperin Nomor 6 Tahun 2023 ditetapkan kuota 600 ribu unit untuk tahun 2024. Namun jumlahnya berkurang menjadi 50.000 unit saja.
Untuk tahun 2024, kuota subsidi motor listrik sudah habis. Berdasarkan situs Sistem Informasi Pemberian Bantuan Pembelian Kendaraan Listrik Roda Dua (SISAPIRa), alokasi anggaran yang masih tersedia untuk tahun 2024 adalah 12, diakses per Selasa (14/1/2025).
Sebanyak 63.145 unit kendaraan motor listrik subsidi diterima masyarakat di tahun 2024. Sedangkan tahun 2023, hanya 11.532 unit yang tersalurkan.
Beberapa waktu lalu, Sekretaris Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Hari Budiyanto mengatakan masyarakat masih menyimpan keraguan terhadap motor listrik. Masyarakat berpikir ulang untuk membeli motor listrik kendati sudah mendapatkan subsidi besar dari pemerintah.
“Kalau yang ICE (internal combustion engine) kan masih bisa dipakai ke mana saja asal ada pom bensin. Nah kalau yang EV ini harus didukung infrastruktur,” ujar Hari.
Di sisi lain, Yannes menyoroti terkait belum jelasnya status untuk subsidi motor listrik.
“Untuk mendorong adopsi motor listrik lebih cepat, pemerintah juga sedang kesulitan anggaran memastikan keberlanjutan subsidi yang jelas dan konsisten… buktinya anggaran belanja hampir semua kementerian dan lembaga pemerintah dipangkas habis tahun ini,” kata dia.
(riar/lua)