Kamis, Oktober 24

Jakarta

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat jumlah pengguna internet Indonesia tahun 2024 mencapai 221.563.479 jiwa dari total populasi 278.696.200 jiwa penduduk Indonesia tahun 2023. Angka tersebut juga menambah tingkat penetrasi internet Indonesia mencapai 79,5% atau naik 1,4%.

Di samping itu, pengguna internet didominasi oleh Gen Z (34,40%). Angka ini tidak hanya menunjukkan bahwa Gen Z secara aktif sering berselancar di dunia maya. Akan tetapi, sekaligus menunjukkan generasi tersebut lebih rentan terkena penipuan online dibandingkan dengan pendahulu mereka dari generasi boomer.

Temuan ini juga didukung oleh data terbaru Google yang menyebut kelompok usia 25-34 tahun adalah kelompok yang rentan terhadap penipuan online di sejumlah negara Asia Tenggara. Temuan itu juga diamini oleh psikolog klinis asal Singapura Annabelle Chow.


Dalam media briefing virtual bersama Google, Chow mengatakan anak muda dan kalangan profesional yang berpendidikan termasuk lebih rentan terhadap percobaan penipuan online karena beberapa faktor psikologis.

Misalnya, orang yang sedang stres dan banyak pikiran bisa jadi tidak fokus saat menerima panggilan dari nomor asing yang berniat menipu. Mereka tidak bisa berpikir jernih sehingga tanpa sadar menyerahkan informasi sensitif hingga uang ke penipu.

Selain itu, penipu akan selalu berusaha mendesak calon korbannya dengan iming-iming diskon kilat, kuota terbatas, dan lain sebagainya. Itulah mengapa Chow menyarankan pengguna internet untuk selalu berpikir dua kali sebelum menyetujui penawaran yang kurang masuk akal.

Terlebih, ada banyak sekali modus penipuan di luar sana. Salah satu model yang sering beredar adalah mengirim penipuan lewat link palsu. Penipu akan mengirimkan pesan singkat kepada calon korbannya melalui media sosial yang mereka gunakan. Misalnya WhatsApp, X (Twitter), Instagram, Telegram, dan lain-lain.

Melihat fenomena penipuan online di atas, Gen Z sebagai generasi yang mendominasi penggunaan internet harus terus waspada terhadap berbagai modus penipuan. Termasuk modus penipuan yang mengirim Link Palsu Pemulihan Akun DANA melalui pesan singkat atau media sosial.

Promo DANA Foto: dok. DANA

Pesan ini biasanya berisi kata-kata mendesak yang terlihat urgen untuk memulihkan akun DANA dengan mengklik tautan tersebut. Padahal jika dilakukan, justru Saldo DANA bisa lenyap dalam sekejap.

Sebagai tindak pencegahan, aplikasi dompet digital DANA pun menghimbau penggunanya untuk berhati-hati. DANA juga membagikan tips melalui campaign #AwasJebakanBadman dengan mengajak para pengguna melakukan 3 langkah berikut.

1. Monitor

Waspadai dan sadari setiap kali ada aktivitas mencurigakan yang menghubungi kalian. Seperti mengirim pesan singkat berisi link yang mendesak untuk diklik.

Apabila ada yang mengirim link pemulihan akun DANA, jangan langsung di klik. Periksa terlebih dahulu akun DANA kamu untuk memastikan apa benar akunmu sedang dibekukan atau tidak. Jika tidak, abaikan saja link yang dikirim atau laporkan oknum tersebut.

2. Konfirmasi

Supaya lebih yakin, periksa dari mana sumber aktivitas mencurigakan tersebut berasal. Caranya bisa dengan copy paste link/nomor/sosial media ke fitur yang sudah disediakan di DANA Protection.

3. Lapor

Laporkan oknum mencurigakan yang menghubungi melalui DANA Protection. Laporan bisa dibuat melalui fitur Lapor via Aduan Nomor, yang nantinya akan menyambungkan kalian ke layanan dari Komdigi (Kementerian Komunikasi dan Digital).

Jika sewaktu-waktu kamu mendapat pesan penipuan berisi link palsu pemulihan akun DANA atau akun DANA kamu tiba-tiba error, jangan langsung panik! Pastikan untuk tidak meng-klik link palsu dari sumber yang tidak bertanggung jawab demi mencegah penipuan.

Lalu, terapkan tiga langkah monitor, konfirmasi, dan lapor sebagai tindak pencegahan. Yuk, selalu waspada dengan setiap link palsu yang mengatasnamakan DANA & transaksi aman pakai DANA!

(prf/ega)

Membagikan
Exit mobile version