Senin, Juli 1


Jakarta

Undescended testis (UDT) atau istilah kedokterannya kriptorkismus adalah kondisi kelainan bawaaan yang paling sering terjadi pada anak laki-laki. Kondisi ini terjadi saat salah satu atau kedua testis tidak turun di posisi yang normal atau berada di kantong zakar.

Spesialis urologi dari Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Putu Angga Risky Raharja, SpU, FICS, mengatakan kondisi ini umumnya dialami oleh anak-anak. Namun tak sedikit juga orang yang mengidap kondisi ini baru sadar dan memeriksakan diri saat dewasa. Hal ini menurutnya, karena banyak masyarakat yang kurang peduli dengan kondisi yang dialami.

“Jadi mungkin masih menganggap, ada beberapa yang menganggap bahwa testis 1 juga masih dibiarkan. Jadi kalau kita sehari-hari masih kedapatan pasien-pasien datang, itu usianya sudah usia dewasa,” katanya saat ditemui di Jakarta Barat, Jumat (28/6/2024).


“Tapi ini mungkin yang mau saya ajak masyarakat, bahwa ini kelainan yang mestinya bisa dideteksi lebih awal. Karena kalau misalnya penanganannya sudah dewasa, pasti dampaknya akan jauh lebih buruk untuk testisnya,” lanjutnya lagi.

Padahal, kata dr Angga, undescended testis yang tak ditangani bisa berdampak buruk pada kesehatan pasien, salah satunya infertilitas. Hal ini karena testis yang tak berada di posisi normal bisa terpapar suhu yang lebih tinggi. Akibatnya bisa memicu kerusakan sel-sel di dalam testis.

“Karena kerusakan yang lebih banyak, efek terhadap infertilitasnya juga lebih buruk gitu,” ucapnya.

“Selain itu risikonya lebih banyak lagi. Jadi kalau misalnya dia risiko keganasan juga lebih tinggi pada testis-testis yang tidak turun. Kemudian risiko terjadi terpelintir atau torsio juga lebih tinggi. Jadi memang idealnya dideteksi ini waktu kecil dan kalau sudah waktu ideal untuk tindakan, sebaiknya dilakukan tindakan,” lanjutnya lagi.

(suc/up)

Membagikan
Exit mobile version