Jumat, Februari 21

Jakarta

Kondisi Intel yang terus memburuk membuat dua rivalnya, TSMC dan Broadcom, berminat untuk mengakuisisi unit bisnis mereka.

Unit bisnis Intel yang diincar TSMC dan Broadcom berbeda. Broadcom disebut tengah menjajaki kemungkinan akuisisi bisnis desain chip dan marketing Intel. Menariknya, mereka baru mau mengakuisisi unit tersebut jika ada perusahaan lain yang berminat untuk mengakuisisi bisnis manufaktur chip Intel.

Di sinilah TSMC masuk, yang secara terpisah juga sudah menjajaki untuk mengakuisisi bisnis manufaktur chip Intel, atau tepatnya membeli pabrik-pabrik chip milik Intel. Belum diketahui apakah TSMC tertarik untuk membeli semua pabrik Intel itu, atau hanya sebagian.


Sejauh ini Broadcom dan TSMC belum resmi ‘bergabung’ untuk mengakuisisi Intel. Dan, pembicaraan akuisisi ini pun masih berada pada tahap awal, demikian dikutip detikINET dari Reuters Kamis (20/2/2025).

Laporan yang sama menyebutkan, pembicaraan akuisisi ini dipimpin oleh pejabat sementara executive chairman Frank Yeary. Ia disebut memimpin pembicaraan tersebut dengan calon pembeli bersama perwakilan dari pemerintah Amerika Serikat.

Pemerintah Amerika Serikat ikut serta dalam pembicaraan ini karena nasib Intel dianggap sangat penting untuk keamanan nasional. Informasi ini diketahui oleh seorang sumber yang mengaku diberi tahu oleh Yeary. Menurut Yeary, fokus utamanya adalah memaksimalkan harga yang bisa didapat oleh para pemegang saham Intel.

Baik Intel, Broadcom, TSMC, ataupun Pemerintah Amerika Serikat tidak merespon permintaan komentar terhadap masalah ini. Namun kemudian, Juru Bicara Gedung Putih menyebut Presiden Donald Trump tampaknya tak menyukai jika pabrik Intel dioperasikan oleh perusahaan asing. Pernyataan ini dikeluarkan setelah Bloomberg memberitakan kalau TSMC tengah mempertimbangkan untuk mengakuisisi pabrik Intel atas permintaan Presiden Trump.

Seperti diketahui, Intel saat ini adalah salah satu penerima subsidi terbesar dari Pemerintah AS untuk memproduksi chip di Negeri Paman Sam itu. Pada November 2024 lalu, Departemen Perdagangan AS mengaku tengah memfinalisasi subsidi sebesar USD 7,86 miliar untuk Intel.

(asj/rns)

Membagikan
Exit mobile version