Minggu, September 29
Jakarta

Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) terus berupaya untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup melalui restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove. Langkah itu dinilai mampu menghadapi krisis perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi.

Untuk itu, BRGM mengajak sejumlah pihak termasuk anak muda untuk bersama melakukan hal tersebut. Adapun realisasinya dengan kehadiran Youth Conservation (#YCFest2024).

Melalui acara tersebut, para peserta tergabung dalam dalam rangkaian Youth Conservation Trip (#YCTrip) dengan tema ‘Save Mangrove, Heal the Peat, for Better Lukit’. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Lukit, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau mulai 27 – 29 September 2024.


Sekretaris Desa Lukit, Muhammad Ali Murtado turut berbagi kisah tentang Desa Lukit kepada para peserta. Di awal, dia menjelaskan,Desa Lukit merupakan salah satu desa yang mampu menunjukkan sinergi positif dalam restorasi dan konservasi lahan gambut melalui keberlanjutan kegiatan restorasi seperti penanaman sagu dan pengembangan ekowisata mangrove. Masyarakat di Desa Lukit secara mandiri telah melakukan rehabilitasi mangrove.

“Tantangan terberat di desa lukit adalah kebakaran besar tahun 2014, gambut yang mudah terbakar, menyebabkan sulitnya mencari bahan pangan serta aktivitas masyarakat menjadi terganggu. Di tahun 2017 – 2019, ada program sekat kanal dari BRGM untuk menahan laju air sehingga lahan gambut tetap basah,” kata Ali dalam keterangan tertulis, Minggu (29/9/2024).

“Dilanjutkan pada tahun 2020, kegiatan penanaman sagu mulai berjalan, hingga tahun 2024 ini, total luas lahan gambut yang telah dilakukan revegetasi seluas 135 hektar. Selain itu, masyarakat secara mandiri telah melakukan rehabilitasi mangrove. Harapannya kegiatan restorasi gambut dan mangrove ini berjalan secara berkelanjutan,” sambungnya.

Di desa ini, BRGM menerapkan strategi 3R yaitu Rewetting, Revegetasi, dan Revitalisasi Ekonomi. Kegiatan rewetting melalui pembangunan sekat kanal, dan sumur bor dimaksudkan agar lahan gambut tetap basah untuk mencegah kebakaran yang meluas.

Kemudian revegetasi atau penanaman kembali lewat komoditas sagu juga dilakukan. Sagu dipilih, karena selain untuk dikonsumsi tanpa gambut harus dikeringkan, pohon sagu mampu mencegah emisi lahan gambut, baik dari kebakaran maupun dekomposisi gambut.

Selain manfaat dalam menjaga lahan gambut agar tetap basah, pohon sagu juga bermanfaat untuk revitalisasi mata pencaharian masyarakat. Hasil panen sagu dijual dalam bentuk batang yang dipotong.

Kemudian diolah menjadi berbagai produk turunan yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku makanan bernilai ekonomi dan menjadi sumber pendapatan alternatif bagi masyarakat.

“Desa Lukit ini tak hanya melakukan restorasi gambut, rehabilitasi mangrove di desa ini juga dilakukan secara mandiri oleh masyarakat,” ujar Ali.

Membagikan
Exit mobile version