Jumat, Juli 5


Jakarta

Tren kasus aneurisma otak semakin banyak terjadi pada usia muda. Dari semula dilaporkan pada rentang 40 tahun, kini tidak sedikit pasien dengan usia kurang dari 30 tahun, menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON).

Aneurisma otak adalah tonjolan berbentuk balon yang terbentuk di pembuluh darah otak. Sekilas, tonjolan ini tampak seperti buah beri tergantung di batang otak.

Pada beberapa kasus, tonjolan tersebut bisa bocor atau pecah dan menyebabkan perdarahan ke otak atau terjadinya stroke hemoragik.


dr Muhammad Kusdiansah, SpBS, mewanti-wanti gejala yang kerap tidak disadari pasien, padahal bisa berimbas fatal. Hal ini dikarenakan pasien dengan aneurisma otak umumnya memang tidak mengeluhkan apapun di awal kondisi tersebut terjadi.

“Jadi kebanyakan pasien dengan aneurisma otak kebanyakan tidak merasakan apa-apa, satu gejala yang paling umum pada aneurisma otak itu punya gejala sakit kepala tetapi tidak khas, bisa terjadi juga pada penyakit lain,” bebernya saat ditemui detikcom, Sabtu (29/5/2024).

Sementara gejala yang disebutnya cukup khas adalah menutupnya salah satu kelopak mata, bisa terjadi pada bagian kiri maupun kanan.

“Sebelah kelopak matanya nutup sebelah dan nggak bisa dibuka lalu kebanyakan pasien nggak tahu itu tanda bahaya, padahal ini warning sign dalam waktu dekat akan pecah,” tandasnya.

Ada banyak faktor yang melatarbelakangi terjadinya aneurisma otak, yakni kebiasaan atau gaya hidup tidak sehat yang memicu munculnya riwayat penyakit lain seperti hipertensi, berujung komplikasi.

Kedua, faktor genetik juga ikut berperan. Data menunjukkan kasus aneurisma otak lebih banyak dilaporkan pada Ras Asia.

Belum ada data pasti seberapa banyak kasus aneurisma otak terjadi setiap tahun. RS PON yang menjadi fasilitas kesehatan pusat penanganan gangguan saraf dan stroke, kurang lebih sudah menangani lebih dari seribu kasus, dan 100 pasien setiap tahun.

Masyarakat diminta mewaspadai risiko tersebut dengan juga membatasi asupan makanan pemicu hipertensi, yakni tinggi lemak, gula, dan garam, serta rutin berolahraga, tiga kali dalam sepekan.

Simak Video ‘Mitos atau Fakta: Konsumsi Kopi Bikin Anak Jadi Pendek’:

[Gambas:Video 20detik]

(naf/kna)

Membagikan
Exit mobile version