Minggu, September 29


Jakarta

Peneliti dari ITB Prof. Dr. Ronny Purwadi mengatakan pengembangan bioetanol tidak hanya penting dari segi ketahanan energi, tetapi juga memiliki dampak positif ekonomi yang signifikan. Apa iya seperti itu?

Pernyataan Ronny bukan tanpa alasan. Jika pemerintah lebih fokus untuk memperbanyak bahan bakar bioetanol, Ronny memprediksi akan menciptakan lapangan pekerjaan, pembangunan industri bioetanol di Indonesia dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah pedesaan, terutama di daerah yang memiliki potensi besar untuk pengembangan bahan baku biomassa.

“Investasi dalam sektor bioetanol dapat membawa manfaat ekonomi bagi petani lokal yang memasok bahan baku seperti sorgum, singkong, atau tebu,” kata Ronny.


“Untuk mencapai target E5 secara nasional, diperlukan kira-kira 2,3 juta kiloliter bioetanol setiap tahunnya. Ini membutuhkan investasi besar dalam infrastruktur produksi, termasuk pembangunan 40 pabrik bioetanol dengan kapasitas per pabriknya sekitar 60 ribu kL etanol per tahun di seluruh Indonesia dengan nilai investasi diperkirakan mencapai USD 4 miliar. Selain meningkatkan ketahanan energi, investasi untuk implementasi E5 secara nasional ini dapat menciptakan lebih dari 12 ribu lapangan pekerjaan,” Ronny menambahkan.

Lebih lanjut Ronny juga menjelaskan semakin banyaknya ketersediaan bahan bakar bioetanol, bisa menjadi stimulus pabrikan otomotif untuk menambah investasi untuk bisa mengembangkan Flexy Fuel Vehicle.

“Seiring dengan implementasi E10 dan E20 serta pengembangan Flexy Fuel Vehicle, kebutuhan bioetanol akan meningkat secara signifikan, berkontribusi pada penciptaan lebih banyak lapangan kerja di masa depan. Lebih lanjut, industri bioetanol juga memberikan peluang bagi pengembangan industri hilir, termasuk produksi peralatan pabrik, inovasi teknologi, dan pengembangan produksi bioetanol berbasis biomassa,” kata Ronny.

“Tidak kalah penting, dengan pengurangan impor bahan bakar fosil, Indonesia dapat menghemat devisa negara yang selama ini digunakan untuk membeli minyak dari luar negeri. Dana tersebut dapat dialokasikan kembali untuk investasi dalam infrastruktur energi terbarukan dan proyek-proyek pengembangan sumber daya lokal yang berkelanjutan,” Ronny menambahkan.

Pertamina Uji Coba Bioetanol 100 Persen di Mobil Toyota Foto: Pool

Bioetanol Turut Berkontribusi Dalam Pengurangan Emisi Karbon

Ronny membayangkan jika transportasi menggunakan bahan bakar bioetanol, secara otomatis transportasi akan membantu pengurangan emisi karbon.

“Sektor transportasi adalah salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di Indonesia. Penggunaan bahan bakar fosil seperti bensin dan solar dalam jumlah besar menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) yang memicu perubahan iklim. Pengembangan bioetanol menawarkan solusi untuk mengurangi emisi GRK dari sektor transportasi. Sebagai bahan bakar yang dihasilkan dari sumber daya terbarukan, bioetanol menghasilkan emisi GRK yang lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil,” ucap Ronny.

“Bioetanol dapat memainkan peran penting dalam mendukung transisi menuju energi yang lebih bersih. Selain itu, pengembangan bioetanol juga sejalan dengan target Indonesia untuk meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam bauran energi nasional. Penggunaan bioetanol di Indonesia masih sangat terbatas, terutama hanya sebagai campuran E5 di Jakarta dan Surabaya. Namun, dengan roadmap yang jelas dan dukungan regulasi yang kuat, Indonesia memiliki potensi besar untuk memperluas penggunaan bioetanol di seluruh wilayah dan mengurangi dampak negatif dari emisi karbon di sektor transportasi,” tutup Ronny.

(lth/rgr)

Membagikan
Exit mobile version