Jumat, Oktober 11


Jakarta

Menyebut Jakarta tak mungkin lepas dari Betawi. Salah satu kawasan yang masih sangat Betawi di Jakarta adalah Condet, yang masih kukuh memegang budaya.

Banyak yang menyebut kawasan yang berada di Jakarta Timur itu sebagai Kampung Arab, tapi tokoh masyarakat Condet, Dicky Arfansuri, menampiknya dengan tegas. Dicky mengatakan Condet adalah sebuah identitas dari Betawi. Dia bilang Condet memiliki cerita yang panjang untuk sebuah peradaban manusia di Jakarta saat ini. Dia juga membeberkan hubungan Condet dan Jakarta.

“Bicara Condet, sudah pasti identik dengan Betawi. Tapi bicara Jakarta, belum tentu Betawi,” ujarnya kepada detikTravel, Selasa (8/10/2024).


Menurut Dicky faktor pembeda Betawi Condet dengan yang lainnya adalah nilai-nilai religi yang dijalani, bahkan di masa lalu budaya kesenian, seperti ondel-ondel dan tari-tarian belum sefamiliar saat ini. Dia mengatakan kesenian Betawi Condet di masa lalu beririsan dengan kegiatan keagamaan, seperti silat juga rebana.

“Kalau berbicara Condet secara utuh, budaya Betawi Condet condong ke ritual keagamaan. Condet memang kental dengan nilai-nilai religi. Bahkan, kalau yang kita kenal ondel-ondel, terus ada tari cokek atau tari lainnya, nah itu tidak populer di tanah Condet,” ujarnya.

“Yang kental di Betawi Condet adalah kegiatan keagamaan, bahkan main pukulan (silat). Kalau ada seni budayanya seperti rebana ketimpiring, rebana biang, sebatas itu aja,” kata Dicky.

Kuat Secara Agama dari Jejak Para Leluhur

Dicky mengatakan bukan berarti Betawi Condet menafikkan budaya kesenian selazimnya Betawi di sudut lain Jakarta kendati lebih condong keagamaan. Dia mengatakan Condet di masa lalu mempunyai pemimpin-pemimpin masyarakat yang dituakan dengan tingkat relijius yang tinggi dan itulah yang ditiru oleh masyarakat.

Mulai dari keturunan Sultan Ageng Tirtayasa, keturunan Kerajaan Goa Makassar, dan masih terdapat tetua-tetua lainnya yang menjadi cikal-bakal kuatnya spiritualitas Betawi Condet.

“Jadi kultur para tokoh-tokoh sentral di masa lalu itu berpengaruh kuat, membentuk sebuah tatanan di wilayah Condet,” kata dia.

Dengan perkembangan saat ini, kekuatan religius Betawi Condet semakin kukuh dan menjadi sebuah karakteristik. Pelestarian budaya dan religi yang harmonis memberikan warna tersendiri di budaya Betawi Condet masa kini muncul dalam peringatan keagamaan, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, tahlilan, yasinan, juga perayaan khatam Al Quran oleh anak-anak nganten temat.

“Iya nganten tempat itu hanya salah satu ritual kehidupan, saya anggap itu ritual kehidupan dari sekian puluh ritual Betawi wabilkhusus Condet,” kata Dicky.

Salah satu bukti fisik agama Islam lekat dengan Betawi Condet adalah sebuah masjid tua yang ada sejak abad ke-16 yakni Masjid Al Khairaat di wilayah Batu Ampar.

Silat dan Munculnya Kesenian Lain yang Kini Jadi Identitas

Selain kuat dalam agama, Betawi Condet juga kuat dalam melestarikan silat karena di masa lalu peperangan fisik kerap terjadi. Itulah yang membuat silat menjadi budaya yang kental kaitannya dengan Condet.

“Karena masa itu fase peperangan adalah peperangan fisik maka di situ ada nilai kuat main pukul dan segala macam, karakternya kuat di situ. Tapi kalau berbicara tentang tari-tarian, tari topeng atau segala macam, nah itu lebih identik dengan kalau bahasa saya ya agen-agen kolonial,” katanya.

Dan mulai masuknya kesenian lain seperti gambang keromong serta ondel-ondel itu di antara tahun 1970 atau 1980-an, Dicky menyatakan terdapat peran penting Budayawan Betawi asal Tanah Abang yakni Firman Buntako yang membawa kesenian itu ke wilayah Condet.

Karena pada era itu, Betawi Condet tidak memiliki sosok yang ahli dalam memainkan kesenian-kesenian khas seperti di wilayah Betawi lainnya.

“Nah itu juga punya peran penting tuh Firman Buntako, di situlah dia membawa kesenian-kesenian tuh karena dia tahu di adalah seniman Tanah Abang. Tanah Abang kan identik ada samrah, gambang kromong ada pelaku-pelakuya, nah di kita nggak ada,” ujar Dicky.

Hinggat saat ini, silat di Condet telah menjamur di setiap sudut kampung. Dicky menuturkan kurang lebih terdapat 18 perguruan silat di Condet yang dinaungi dalam Muara Condet. Dan juga terdapat beragam sanggar, mulai dari sanggar lenong juga tari yang dikira mencapai 10 sanggar.

Jangan Lupakan Akar

Budaya dan agama di Betawi Condet itu merupakan dua aspek yang tak bisa dipisahkan dengan perjalanan yang panjang. Dicky berharap untuk generasi muda Condet tidak lupa dengan leluhur mereka dan bangga terhadap Condet.

Dengan membuat terus inovasi di Condet dengan beragam kegiatan yang berdasarkan budaya serta agama, juga kolaborasi. Dicky yakin bahwa budaya baik ini akan terus lestari untuk masa depan.

“Terkait budaya ini ya gimana cari sebuah inovasi, bagaimana dilibatkannya para kawula muda ini jadi nggak terkesan budaya Betawi di Condet itu orang-orang tua isinya, orang-orang yang udah uzur, ya nggak harus begitu. Condet Pride atau Condetarian atau Condetisme itu hastag-hastag kita, saya anggap itu bagian dari karakteristik untuk menguatkan narasi itu,” ujar dia.

(upd/fem)

Membagikan
Exit mobile version