Denpasar –
Warung Jawa Parasari sudah bertahan 2 dekade di Denpasar. Mereka menawarkan menu andalan berupa balung dan babat berkuah rempah yang sedap.
Warung Jawa Parasari berlokasi di Jl. Pidada IV No.15, Ubung, Denpasar Utara. Tempat makan ini tergolong legendaris karena sudah ada sejak 2002. Pemiliknya, Agus Endro Woko yang kini dibantu anaknya dan 4 pegawai.
Warung ini terkenal dengan sajian khas balung dan babat yang menggugah selera. Dengan cita rasa daging yang empuk dan kuah gurih, warung ini berhasil mempertahankan keunikannya hingga kini.
Balung sendiri merupakan makanan khas Bali yang terbuat dari daging, iga, dan tulang sebagai isiannya. Umumnya yang dipakai babi, tapi bisa juga diganti sapi dan ayam. Untuk bumbunya memadukan banyak rempah aromatik.
Agus Endro Woko, pemilik Warung Jawa Parasari. Foto: (Vincencia Januaria Molo/detikBali)
|
Diakui Woko, dulu promosi mengenai warung makannya masih dari mulut ke mulut. Awalnya ia juga hanya mengolah 3 kilogram daging sapi, tapi kini berkembang sampai 50 kilogram daging sapi per hari. Sebanyak 25 kilogram dimasak pedas dan 25 kilogram tidak pedas.
Woko membagi menunya menjadi beberapa varian, termasuk tulang iga dan rawon. Serta menawarkan tiga pilihan rasa untuk pelanggan dengan rasa biasa, sedikit pedas, dan sangat pedas. Harga seporsi tulang iga atau rawon dan sepiring nasi Rp 35 ribu.
“Yang menciptakan resep itu adalah almarhum istri saya, dan kami memang sengaja membuat terobosan menu yang berbeda dari yang lain,” ujarnya.
Meski persaingan kuliner di Bali semakin ketat, Woko tidak gentar. Baginya, yang terpenting adalah mempertahankan cita rasa dan menjaga kebersihan dalam melayani pelanggan.
“Yang pertama rasa, kami tetap mempertahankan rasa. Yang kedua, kami melayani pelanggan dengan bersih,” jelasnya.
Warung Jawa Parasari buka setiap hari pukul 09.00 WITA hingga 22.00 WITA, dengan puncak keramaian pada jam makan siang. “Kami nggak takut bersaing, ada orang yang jualan kayak kami, nggak apa-apa,” tegas Woko.
Dengan kekhasan cita rasa yang terus dipertahankan dan pelayanan yang bersih, warung ini berhasil menjadi salah satu destinasi kuliner yang digemari warga lokal dan wisatawan nusantara. Yang terjauh adalah pelanggan dari Jakarta.
|
Warung Jawa Parasari menjadi pilihan tempat makan siang yang sering dikunjungi. Salah satu pengunjung siang itu adalah Tamilyana. Mahasiswa berusia 19 tahun ini nampak asik menyeruput kuah dari balung dan menyantap rawon.
“Saya paling suka balung sih, karena dagingnya benar-benar empuk, sekali kunyah langsung hancur di mulut. Rasanya juga cocok di lidah saya,” tutur mahasiswa ilmu hukum itu.
Artikel ini ditulis oleh Vincencia Januaria Molo peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom
Artikel ini sudah tayang di detikbali dengan judul “Menyantap Balung dan Babat Super Empuk di Warung Jawa Parasari Denpasar“
(adr/adr)